Dalam keadaan terduduk dan kepala yang tertunduk, Daichi memikirkan banyak hal yang saat ini menghantui pikirannya. Keputusannya sudah bulat untuk mundur dari posisi dan berniat untuk tinggal di pedesaan terpencil saja sebagai hukuman atas dirinya sendiri.
"Tidakkah kau memikirkannya kembali nak? Kau bisa menjernihkan pikiranmu selama berbulan-bulan pun tak apa, asal kau jangan pernah meninggalkan posisi ini" ucap Keishin, saat ini beliau masih membujuk Daichi agar jangan melakukan hal semacam itu.
"Selama kau menjernihkan pikiranmu, Tooru akan menggantikanmu sampai kau benar-benar pulih. Aku yakin ia pasti mau melakukannya. Tapi ku mohon jangan pernah berniat untuk mundur dari posisi presdir nak" sambung Keishin lagi.
"Tidak paman. Aku sudah ternoda oleh dosa. Aku tidak takut ancaman hukuman penjara atau hal semacamnya akan ditimpakan padaku, namun karma itu tetap ada paman" balas Daichi "aku takut dengan diriku masih menjabat sebagai presdir, keluargaku akan mendapatkan musibah dari apa yang telah aku lakukan"
"Aku tak mau itu terjadi pada kalian paman"
Keishin terduduk lemas di lantai. Ia bahkan menyandarkan kepalanya pada salah satu tiang yang ada di kamar Daichi itu "25 tahun aku menunggu penerus yang layak untuk perusahaan milik ayahku, dan selama itu pula aku terus bersabar"
Daichi semakin menundukkan kepalanya, rasa bersalahnya kembali bertambah setelah mendengar ini.
"Aku berdoa pada Tuhan untuk diberikan umur yang panjang agar bisa menjaga perusahaan peninggalan ayahku ini" sambung Keishin "begitu pula dengan ibu Yasufumi, ia sudah sangat lama menantikan hal ini. Janganlah kau rampas kebahagiaannya nak. Ini adalah haknya"
Daichi berdiri dari duduknya lalu bersujud di kaki Keishi, ia menangis guna mencoba melepaskan beban yang ada pada dirinya "maafkan aku paman, tapi aku tak berdaya. Setiap kali aku mencoba untuk membuang seluruh ingatan itu, ingatan itu malah kembali lagi menghantuiku paman"
"Maaf paman, aku telah mengecewakanmu dan juga nenek. Tetapi aku tetap tidak bisa jika harus melakukannya, aku harus menebus seluruh kesalahanku dengan mundur dari posisi dan tinggal di desa terpencil di negara ini. Seorang pembunuh tak layak tinggal ditempat yang mewah paman, izinkan aku untuk pergi"
Keishin menggelengkan kepalanya, menolak keputusan yang telah dibuat keponakannya itu "tidak nak, jika kau mundur dari posisimu, maka siapa yang akan menggantikanmu? Penantian yang sangat lama lagi tidak akan mungkin membuat umurku bertahan nak"
Daichi mengangkat kepalanya lalu menatap Keishin "paman, kalau begitu tunjuklah kakak sebagai presdir penggantiku. Dengan melakukan itu kau dan juga nenek tidak perlu menunggu lagi dalam waktu yang sangat lama" ucapnya dengan lantang.
"Tidak bisa" Keishin membuang mukanya, ia menatap ke arah lain "Tetsu itu.. Dia sudah buta sejak lahir. Aturan perusahaan Jepang pun melarang seorang yang buta untuk berkuasa. Aku tidak bisa melanggar hal itu nak. Itulah kenapa penobatan atas dirinya yang lalu berubah menjadi dirimu"
"Tetapi kau bisa menunjuknya sebagai presdir sementara paman" balas Daichi dan Keishin membalikkan badan dan menatap Daichi "tidak perlu pelantikan mewah atau pengumuman yang lainnya. Kalian hanya perlu menyuruhnya untuk menggantikanku selagi menanti keturunan yang layak"
"Hal seperti itu diperbolehkan dalam aturankan, paman?"
Keishin mencoba mencerna perkataan Daichi barusan. Ia termenung memikirkan kembali perkataan itu. Ada benarnya ucapan Daichi itu. Lagipula itu adalah hak milik Tetsu sendiri.
"Baiklah. Aku akan beri tahu ibu Yasufumi akan hal ini" finalnya Keishin setuju "tetapi apakah kau yakin dengan keputusan ingin meninggalkan rumah nak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏eace 𝐒tory || Haikyuu
Teen FictionAwal kisah dari sebuah ketamakan akan kedudukan dan rasa iri hati membakar diri seorang wanita yang tak ingin menjadi nomor dua suaminya. Hingga akhirnya sang suami menceraikan istri pertamanya demi memprioritaskan istri keduanya. Putra istri pertam...