Sudah 7 hari semenjak kematian dari Yuuji, dan selama itu pula Koushi tak henti menangis. Matanya sudah sangat sembab, bahkan dirinya pun tidak tidur belakangan ini. Ia masih sedih meratapi jasad putranya yang tak akan bisa ditemukan.
"Sudahlah Koushi. Kau jangan menangis lagi" ucap Mori dengan mengelus punggung milik Koushi "biarkanlah ia istirahat dengan tenang. Jika kau menangis terus, maka Yuuji tidak dapat beristirahat"
Dengan menghapus air matanya, Koushi mengelus pipi Sachiro yang juga ada disana "aku tidak bisa kak. Rasanya hidupku ini sudah tidak ada artinya lagi. Yuuji ku, anakku itu tidak mungkin terbunuh.. Sejak kecil ia selalu bermain di hutan, bagaimana mungkin ia bisa tiada kak?!"
Mori menunduk, ia tidak bisa berbuat banyak "tetapi kalung yang berlumur darah itu juga milik Yuuji, Koushi. Bahkan kau sendiri yang mengatakan bahwa itu adalah milik Yuuji sendiri"
Mori tak kuasa menahan tangisnya, namun dirinya langsung menghapus air mata itu "tenanglah Koushi. Sebentar lagi kita akan kedatangan anak-anak dari panti asuhan untuk diberi makan. Kau harus hadir disana, setidaknya untuk menenangi pikiranmu"
Sachiro menatap sendu ibunya. Anak itu menggenggam erat jemari milik Koushi lalu mengangguk, menyuruhnya untuk tetap tabah dan ikhlas.
.
.
.
.
.
Suasana di ruang tengah kini sudah dipenuhi oleh anak-anak dari panti asuhan di kota Tokyo. Mereka duduk melingkar dengan didepan mereka sudah tersedia berbagai makanan.
Kenji adalah salah satu dari orang yang menyajikan makanan itu. Dirinya berjalan melintasi anak demi anak untuk diberikan makanan, hingga tiba pada seorang anak yang ketika ia beri makanan, anak itu justru meminta makanan itu lagi.
Kejadian itu terus terjadi, bahkan Kenji sendiri sampai kewalahan. Dirinya bolak-balik mengambilkan makanan untuk anak itu agar ia bisa merasa puas. Namun tetap saja, anak itu masih meminta lagi makanannya walau di piringnya sudah banyak.
Kenji menyerngitkan alisnya lalu berjalan mundur dimana tempat Satori berdiri "paman, apa kau lihat anak yang disana itu?" bisik Kenji sembari memberikan arahan matanya ke anak yang tengah lahap makan itu "aku merasa seperti mengenalnya, terutama nafsu makannya"
Satori menatap lekat anak yang Kenji maksudkan itu. Anak itu memakai topi hingga menutupi hampir seluruh wajahnya. Bahkan anak itu makan terlalu menunduk, sehingga Kenji serta Satori kesulitan melihat wajahnya.
"Tidak mungkin itu dia" balas Satori dengan berbisik pula "kita sendiri sudah melenyapkannya dengan tangan kita sendiri. Bahkan kau sendiri yang sudah membuangnya ke sungai"
"Tetapi.. Apakah kau benar-benar menenggelamkan jasadnya..?" sambung Satori dengan mata mengintimidasi.
"Tidak! Demi Tuhan aku sudah menenggelamkannya hingga ke dasarnya paman! Bahkan kau lihat sendiri bukan waktu itu aku sampai kehabisan napas?!" balas Kenji tak terima.
Mendengar itu, Satori membenarkan posisi penutup matanya dengan menatap lekat anak itu "terus awasi saja dia. Lakukan saja apa yang ia minta. Jika ia sudah kenyang, maka ia akan cepat-cepat pergi dari rumah ini. Lakukanlah!"
Kenji mengangguk lalu kembali memberikan anak itu makanan yang lebih banyak. Dirinya sesekali mencoba untuk menengok wajah dari anak itu, namun usahanya itu hanya sia-sia saja.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏eace 𝐒tory || Haikyuu
Teen FictionAwal kisah dari sebuah ketamakan akan kedudukan dan rasa iri hati membakar diri seorang wanita yang tak ingin menjadi nomor dua suaminya. Hingga akhirnya sang suami menceraikan istri pertamanya demi memprioritaskan istri keduanya. Putra istri pertam...