BAB 42

1.1K 109 9
                                    

'Penumpang yang terhormat, sebentar lagi kita akan mendarat di Bandara Jogjakarta, Pastikan kembali sabuk pengaman Anda terpasang dengan sempurna, menegakkan sandaran kursi dan melipat meja di hadapan Anda, Terima kasih'

dr. Lio terbangun dari tidurnya, iapun meregangkan otot2 tangannya dan melihat jam tangannya. Waktu telah menunjukkan pukul 08.50 wib.

Tak lama pesawat pun mendarat dengan sempurna di Bandara Jogja.

dr. Lio bergegas turun dari pesawat. Ia tidak membawa banyak barang hanya tas samping dan 1 koper kecil saja sehingga dia tidak perlu menunggu Bagasi.

Ia lalu memesan Taxi Onlen untuk ke rumah Kakek Atmaja. Ia sudah kangen sekali dengan Istri dan anak2nya itu. Tapi sebelum pulang ia akan mampir sebentar ke toko Buah untuk membelikan mertuanya oleh2.

***********

Sementara itu kondisi di rumah Kakek Atmaja.

Tian ikut terbangun karena mendengar tangisan semua orang yang ada di kamar itu. Ya, Kakek Nenek Bunda Ollan dan Muthe masih berkumpul di kamar Bunda. Mereka masih menangisi kabar yang menimpa dr. Lio, meskipun belum tau kebenarannya.

"Hoamph.... Tenapa cemua olang angis?" ucap Tian polos sambil mengucek matanya.

Bunda yang melihat anak bungsunya bangun tapi tak sanggup menggapainya, ia malah makin menangis di posisinya yang memang masih terbaring lemas itu.

Sedangkan Ollan dan Muthe masih di posisi duduk berpelukan saling memberikan energi atau kekuatan satu sama lain.

Hap

"Dedek, sini sama Kakek, ayok kita lihat Ikan di kolam sayang" ucap Kakek berinisiatif mengangkat Tian lalu mereka keluar dari Kamar.

"Mah, mas Lio ma.. hiks hiks" ucap Bunda dipelukan Nenek.

Nenek setia berada di samping Bunda ketika tau Bunda diangkat oleh Ollan ke kamar karena sempat pingsan sebentar. Nenek lantas meninggalkan masakannya di dapur saat itu.

"Sabar sayang,, yang sabar ya Nak" ucap Nenek menenangkan Bunda sambil mengelus rambut anak perempuan satu2nya.

Skip

Kakek membawa Tian ke halaman depan. Di pojok halaman rumah Kakek Atmaja ada satu kolam Ikan yang sengaja ia bangun khusus untuk Tian. Sebelumnya tempat itu merupakan gazebo namun diubah oleh Kakek menjadi kolam Ikan.

Ia tahu bahwa Tian cucunya yang paling bontot suka sekali dengan dunia Ikan, sewaktu2 ia ke Jogja seperti sekarang ini, Tian bisa melihat ikan2 di kolam itu pikir Kakek.

"Wah... anyak cekali itannya Akek" ucap Tian ketika Kakek menurunkan Tian dari gendongannya.

"Coba dedek hitung ikannya sayang" ucap Kakek.

"1.....2.....3 ....seratuss..yeyyy" pekik Tian sumringah.

"Haha tidak begitu sayang cara hitungnya, coba pelan2 Nak" ucap Kakek.

"Catu dua tiga empat yima, Papaaaaaaaaaaaa" ucap Tian yang sedang menghitung, kemudian tiba2 ia berlari ke arah pagar rumah menyambut dr. Lio.

HAP

dr. Lio lalu menggendong Tian dan mencium seluruh wajahnya. Ia kangen sekali dengan anak bungsunya itu.

"Muach muach muach, Papa kangen sekali sama dedek" ucap dr. Lio.

"Ish... Papa kok lama cih atangnya, tuh Unda Aban cama Akak campai angis2 tunggu Papa" ucap Tian polos dikira mereka nangis karena menunggu Papanya.

"Lah kok mereka nangis?" heran dr. Lio.

Bunda Shani dan MutheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang