Melenguh jengah usai merampungkan catatannya. Gyumin menutup buku dengan sedikit keras hingga menyentak Beomsoo yang ada di sebelahnya.
"Kau kenapa?" Tanya Wain yang sedikit penasaran dengan raut Gyumin, terlihat lesu.
"Kau terlihat sedikit pucat, kau sakit Gyumin?" Beomsoo ikut bertanya.
"Aku tidak apa-apa." Gyumin mengelak.
Taman baca itu tak begitu ramai, mereka bertiga sengaja menghabiskan senja yang tak lagi spesial untuk sekedar mengerjakan tugas.
"Apa ada yang menggangu pikiranmu?" Beomsoo masih tak menyerah.
Semburat jingga mulai terlihat di ufuk sana, keagungan tercipta kala rasa kagum tak menggapai hatinya. Gyumin masih terbayang wajah Zayyan yang memenuhi benaknya akhir-akhir ini.
"Apa tentang Zayyan?"
Gyumin menoleh pada tanya yang mengerti perasaannya. Wain ternyata tak sebegitu dinginnya.
Gyumin menunduk lalu mengangguk.
"Aku turut prihatin dengannya. Ku dengar Sing pergi begitu saja?"
"Cuti 'kan?"
Gyumin kembali mengangguk. Tepukan ringan mendarat di bahunya, Gyumin menoleh.
"Aku mengerti perasaanmu sebagai sahabat dekatnya. Pasti berat menjadi tempat mengadu tanpa tahu apa yang bisa kau bantu." Beomsoo ikut merasa nelangsa.
"Aku juga tak menyangka akan begini jadinya. Kenapa Sing sampai harus cuti dan pergi tanpa memberitahu semua orang?" Wain lanjut berbicara.
Napasnya berhembus kasar. "Entahlah, semuanya terlihat membingungkan."
"Entah ia tak mendengar panggilanku atau sengaja menghindariku, Zayyan pergi begitu saja dengan terburu-buru. Apa ia kesal denganku karena tak bisa banyak membantunya menemukan Sing?" Perasaan aneh menggelayuti Gyumin.
"Hei broo... Tidak mungkin Zayyan begitu. Dia sudah kehilangan Sing, dia tidak akan kehilangan sahabatnya yang lain. Apalagi hubungannya dengan Leo tak kunjung membaik." Beomsoo coba meyakinkan.
"Mungkin dia memang tak mendengarmu. Jangan terlalu sedih, pasti dia tetap membutuhkanmu." Wain menambahi.
Menelaah setiap ucapan Wain dan Beomsoo sedikit melegakan hatinya. Senyum kecil hadir pada wajahnya yang murung. Gyumin bangkit dari duduknya dengan dihadiahi wajah penuh tanya dari kedua sahabatnya.
"Mau kemana?" Tanya Beomsoo.
"Ayo kita beli ramyeon, pizza dan ayam goreng." Ajak Gyumin semangat.
"Tiba-tiba saja?"
"Ayo kita ke apartemen Zayyan, kita hibur dia dengan makanan kesukaannya. Bagaimana?"
Sempat saling lirik, Beomsoo mengangguk setuju dan Wain bergegas membereskan bukunya.
"Kita harus membuatnya tak merasa sendirian. Buat dia mengerti kalau kita ada untuk membantunya."
Beomsoo dan Gyumin sedikit terheran dengan barisan kalimat yang Wain ucapkan. Lagi-lagi dikejutkan dengan perbedaan perhatian Wain yang tak sejurus dengan pembawaannya yang dingin.
"Baiklah, kajja!!"
.
.
Diantara jemarinya yang dingin terselip kehangatan yang menyelinap masuk melalui celah yang digenggam erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
One For Two | ZaLeSing
FanfictionSemuanya berubah saat Zayyan mengenal Sing, Leo tak seharusnya membiarkan itu terjadi, karena ia tahu Sing itu sedikit berbeda. !!BROMANCE!! !!BROTHERSHIP!!