Bagian 20

776 82 9
                                    

Suasana begitu tenang mengiringi kedamaian seisi kamar sejak pemiliknya memutuskan untuk beristirahat, memejamkan mata dan tertidur lelap.

Zayyan bergerak merapatkan selimut sebatas leher agar Sing merasakan kehangatan dalam tidurnya. Panasnya sudah turun sejak ia sudah mau minum obat. Mereka juga sudah makan malam bersama. Rutinitas yang telah mereka lewati belakangan ini. Ternyata melakukannya lagi begitu berarti.

Zayyan beranjak meninggalkan kamar dengan nampan yang ia bawa keluar. Setelah selesai mencucinya, ia melangkahkan kaki menuju kamarnya. Dengan sekali hentakan, tubuhnya mendarat sempurna di kasur empuk miliknya. Matanya terpejam, dalam benaknya tergambar sebuah layar yang memutar berbagai adegan belakangan ini yang mengacu pada kisahnya dan Sing.

Kilasan peristiwa yang terjadi diantaranya dan Sing masih sulit untuk dipahami. Ada beberapa hal yang masih membuatnya ragu. Berdamai dengan hatinya dan kembali bersama Sing sebagai sahabatnya. Apakah keputusannya sudah benar?

Netranya kembali terbuka, getaran ponselnya menarik perhatiannya dari lamunan panjangnya. Ia menoleh pada benda persegi itu yang bertengger nyaman di atas meja. Benda yang sangat ia rindukan. Sudah hampir dua hari dia tak mengecek ponselnya. Pasti sudah banyak yang ia lewatkan. Ia bangkit dan melangkahkan kakinya menuju ponselnya.

Tangannya mengambang di atas benda itu kala bunyi bel dari arah luar menghentikannya mengecek ponselnya. Zayyan buru-buru keluar.

Seorang pria dengan potongan rambut pendek berwarna hitam yang memiliki bibir tipis tersenyum manis padanya. Mereka saling membungkuk dan pria itu mulai membuka suara.

"Apa benar ini apartemen Sing?" Tanyanya ramah.

"Iya benar."

Pria itu mengangguk, merasa lega. "Perkenalkan aku Hyunsik. Teman kerjanya Sing dan seniornya di kampus."

Zayyan dengan gesit menyambut salaman tangan Hyunsik.

"Oh, anyeong sunbae. Silahkan masuk." Zayyan memiringkan badannya mempersilahkan Hyunsik untuk masuk.

"Aku akan buatkan teh dulu ya. Duduk saja sunbae." Tawar Zayyan.

Hyunsik melambaikan kedua tangannya. "Tidak perlu, aku hanya ingin bertemu dengan Sing. Katanya dia sakit, makanya dia tidak masuk kerja dua hari ini ya?"

"Oh jadi sunbae bekerja di kafe yang sama dengan Sing?"

Hyunsik mengangguk. "Apa aku bisa bertemu dengannya sekarang?"

"Sing baru saja tidur. Tapi kalau sunbae mau menjenguk silahkan. Kamarnya sebelah situ." Zayyan menunjuk kamar Sing.

"Oke, aku masuk dulu ya."

Zayyan mempersilahkan dengan anggukan kepalanya. Tak bisa menolak keinginan Hyunsik yang ingin bertemu dengan Sing. Padahal sahabatnya itu baru saja terlelap.

Zayyan baru saja mendaratkan bokongnya di sofa saat ada ketukan pada pintu luar. Padahal di depan pintunya ada bel, kenapa harus diketuk sih? Ia mengerutkan dahinya bingung, kenapa ia menerima banyak tamu hari ini? Di waktu bersamaan pula.

Setelah pintu terbuka, matanya menyipit menelisik pria di depannya. Masker yang menutupi wajah dengan topi hitam yang ia kenakan menyulitkan Zayyan untuk mengenali pria ini. Apalagi wajahnya menunduk.

"Kau siapa?" Tanyanya bingung.

"YAA... Ini aku."

Wajahnya menengadah, maskernya ia lepas dan Zayyan memutar kedua bola matanya jengah saat melihat adiknya yang datang mengunjunginya.

"Ternyata kau. Kenapa pakai masker? Tumben sekali."

"Setidaknya izinkan aku masuk dulu, baru akan ku jelaskan."

One For Two | ZaLeSingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang