Bagian 18

724 82 16
                                    

Suara pintu terbuka terdengar sampai telinganya, spatula di genggaman ia lepas dan mengecilkan api kompor di hadapannya. Kakinya melangkah tergesa agar tak ketinggalan.


"Zayyan... Kau sudah mau pergi?"

Pemuda itu sudah menggenggam kenop pintu keluar saat Sing memanggilnya. Ia sudah bersetelan rapi siap berangkat ke kampus, walau hari masih terlalu pagi untuk kebanyakan orang Korea memulai hari.

"Ah iya, aku ada jadwal pagi ini."

Pandangannya mengedar ke segala penjuru ruangan selain Sing. Sesekali ia bergerak mengecek pakaiannya yang sudah sangat rapi.

"Oh begitu. Apa kau buru-buru? Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu."
Ujarnya pelan dengan harapan Zayyan masih sempat untuk sarapan bersamanya. Tatapannya berubah sendu.

Zayyan berpikir sejenak, netranya mengedip gelisah. "Ah maaf Sing... Kelasku sebentar lagi dimulai. Lain kali saja ya..."

Zayyan membungkuk sekilas lalu membuka pintu dan meninggalkan Sing yang bahkan belum sempat menjawab ucapannya.

"Tunggu...." Tangannya mengambang di udara.

Sia-sia, Zayyan sudah lenyap di balik pintu. Sing mengepalkan kedua tangannya kuat hingga kukunya bisa saja melukai telapaknya jika ia mengepalkannya lebih lama lagi. Ia berjalan ke arah dapur dengan deru napas yang menggebu.

Matanya menatap tajam pada telur gulung yang mulai berubah kecoklatan. Asap mulai mengepul dan aroma hangus menyapa inderanya. Kepalanya menoleh pada sup mie yang sudah dihidangkan dengan penuh ketulusan di atas meja makan. Ia meraih mangkuk supnya dan penggorengan setelahnya. Kakinya mulai melangkah ke satu titik. Tak butuh waktu lama, hidangan yang sengaja ia siapkan dengan bangun lebih awal dari biasanya meluncur sempurna ke tong sampah. Habis tak bersisa.


Tadi malam Sing sempat saling mengirim pesan dengan Gyumin mengenai jadwal kuliah mereka hari ini. Tak ada kelas pagi kata Gyumin. Alasan mengapa Sing bersusah payah bangun lebih awal untuk membuatkan sarapan. Padahal ia tak begitu berteman baik dengan urusan dapur.

Lalu kenapa Zayyan justru buru-buru pergi?

Jika menelisik lagi ke belakang, semua itu bermula pada seminggu yang lalu. Sejak pernyataan cintanya pada Zayyan malam itu. Sahabatnya terlihat seperti menghindarinya. Mulai dari tak lagi mau sarapan bersama, tak pernah menyapanya jika Sing tak menyapa duluan hingga mengunci diri di dalam kamar jika sudah pulang kuliah. Sing berulangkali ingin membahasnya, namun Zayyan selalu mempunyai alibi untuk menghindarinya.

Apakah Sing melakukan kesalahan?

Apakah Zayyan menghindarinya karena pernyataan cintanya waktu itu?

Sing pernah mendengar lagu dari boy group TXT yang judulnya Can't You See Me? Kalau tidak salah penggalan liriknya begini....


Bersama...

Selamanya... Kau tau itu

Kita telah saling menjanjikan sesuatu

Namun kau membalikkan punggung

Ketika api mulai membakar semuanya

Tak bisakah kau melihatku?

Seperti saat itu,

Hari yang penuh keajaiban

Kau bilang "percaya padaku"

One For Two | ZaLeSingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang