Bagian 3

979 103 9
                                    

Memandang bangunan yang ada di depannya dengan kekaguman jelas terpatri di wajahnya. Mata bulatnya yang menggemaskan semakin terlihat membola kala akhirnya ia tiba di Seoul National University, tempatnya akan melanjutkan studinya.

"Bagaimana? Keren kan?" Sing membuyarkannya dengan merangkul bahu Zayyan. Sing tahu sahabatnya itu pasti terkagum dengan kampus baru mereka.

"Tak ku sangka, aku bisa kuliah disini." Masih dengan wajah berseri, Zayyan melangkahkan kakinya memulai harinya yang panjang.

"Kita memang satu fakultas tapi beda gedung, tapi tenang saja gedungnya tak begitu jauh kok, jadi kalau kau butuh sesuatu, aku siap menghampirimu." Sing menjelaskan.

Zayyan termangut dengan penjelasan Sing. Ini hari pertama mereka berkuliah setelah empat hari menyiapkan segala keperluan Zayyan sebagai mahasiswa baru, dan Sing dengan senang hati mengajak Zayyan berkeliling untuk mengenalkan kampus baru mereka. Beberapa tempat penting yang sekiranya Zayyan butuhkan selama berkuliah disini. Tidak semuanya sih, karena mereka bisa kelelahan mengitari kampus yang sangat luas itu.

Kelas Zayyan dimulai 3 jam lagi, begitu pula dengan Sing. Jadi mereka habiskan waktu senggang itu untuk berkeliling kampus dari pada tiduran di apartemen.

Ngomong-ngomong Zayyan mengambil jurusan seni desain sedangkan Sing seni media. Itu mengapa mereka berada di fakultas yang sama.

.

.

.

"Wah kau masak apa?"

Leo terbangun dengan aroma yang menguar dari arah dapur. Ia dengan segera menghampiri sumber aroma makanan yang menggedor rasa laparnya itu.

"Aku sedang membuat dakjuk, kau mau? Sepertinya cukup untuk kita berdua." Tawar Davin dengan semangat.

"Wah kau baik sekali, tidak salah kau menjadi roomate ku."

Mereka berdua terkekeh pelan sambil Leo yang beranjak menyiapkan minum untuk sarapan mereka. Selang lima menit, bubur itu sudah ada di atas meja makan. Leo menjilat bibirnya, tak sabar ingin menyantapnya segera.

"Selamat makan"

"Selamat makan"

Mereka menyantap dengan tenang, sambil sesekali mengobrol tentang diri mereka masing-masing agar saling mengenal. Davin baru tiba kemarin pagi dan Leo senang akhirnya ia memiliki roomate setelah empat hari tak mempunyai seorang pun untuk diajak bicara. Ia juga sedikit kesulitan saat menyiapkan segala keperluannya sebagai mahasiswa baru beberapa hari ini.

"Davin, bahasa Korea ku masih terbatas, aku hanya mempelajarinya di Hongkong. Aku juga masih lemah dalam membaca hangul. Jadi kau mau kan mengajari ku untuk meningkatkannya?" Ujar Leo dengan sedikit bercampur bahasa Inggris karena ia memang masih terbata untuk bicara dalam bahasa Korea. Beruntung Davin juga sedikit paham bahasa Inggris.

Davin terkekeh lucu mendengar penuturan Leo, ia mengangguk mengiyakan, "tenang saja, aku pasti membantumu."

"Gomawo Davin. Oh ya, kau akan ke kampus setelah ini?"

"Iya, kelasku satu jam lagi jadi aku harus bergegas. Kau sendiri?"

Davin meletakkan mangkuk dan gelasnya ke wastafel dan mencucinya setelah semua sudah ia santap habis.

"Aku juga, kita pergi bareng ya?"

"Baiklah"

Leo tersenyum puas dan lanjut menyantap buburnya yang tersisa sedikit lagi. Kehadiran Davin sangat membantunya. Setidaknya ia punya teman bicara untuk melatihnya mengembangkan bahasa Korea nya. Berbeda dengan Zayyan yang sudah secara fokus kursus setahun penuh bahasa Korea, dia hanya kursus selama lima bulan, jadi kosa katanya masih sangat terbatas. Untung saja jurusan yang ia ambil sekarang memiliki pilihan bahasa pengantar bahasa Inggris, jadi Leo tidak begitu pusing dengan kegiatannya selama di kampus.


One For Two | ZaLeSingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang