Bagian 32

494 59 22
                                    

Bus berhenti tepat di depan sebuah bangunan. Saat Zayyan membaca plang nama di depan, ternyata ini sebuah yayasan panti asuhan. Pantas saja banyak anak-anak di taman bermain di sebelah bangunan.

"Baiklah, silahkan bawa barang-barang yang sudah kita siapkan." Hongjoong membuka bicara.

"Zayyan, apa kau baik-baik saja?" Beomsoo yang berjalan di sebelahnya sedikit berbisik.

Zayyan tentu baik-baik saja jika keadaan fisik yang dimaksud Beomsoo. Perjalanan mereka tidak begitu jauh, hanya saja ditengah perjalanan mereka harus membeli beberapa hadiah untuk diberikan kepada anak-anak panti. Namun menelisik kemana arah mata Beomsoo melihat, Zayyan paham, sepertinya bukan itu maksudnya.

Leo berjalan di depan, berjarak sekitar dua meter dari mereka dengan obrolan ringan bersama Ricky di sebelahnya. Seolah tak merasa bersalah, pemuda itu sempat tertawa lepas dengan candaannya bersama Ricky. Di hadapannya yang memendam kebencian.

"Aku baik-baik saja, jangan khawatir." Setidaknya sekarang.

"Baiklah, kalau kau merasa tidak nyaman katakan saja. Aku akan membantumu." Zayyan tersenyum menanggapi.

Setelah mencapai dalam bangunan, mereka disambut dengan beberapa pengasuh dan seorang wanita berpakaian formal hitam, terlihat paling mencolok, sepertinya ia pemilik yayasan. Mereka tersenyum ramah menyambut para mahasiswa.

Sambutan hangat itu dilanjutkan dengan hidangan makan siang yang terlihat istimewa bersama anak-anak panti.

"Woah, sambutannya sangat meriah, jadi merepotkan." Celoteh Jisun di tengah-tengah makan siang mereka.

"Tidak usah sungkan, justru kami merasa senang bisa dikunjungi kalian." Wanita paruh baya yang memperkenalkan dirinya Kang Hae In itu menoleh pada barisan anak-anak yang menikmati humberger pemberian para mahasiswa.

"Meski mereka tampak bahagia, tidak menutup fakta bahwa mereka adalah anak-anak yang tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua." Diusapnya salah satu anak laki-laki yang memakan dengan lahap.

"Sudah lama mereka tidak makan enak seperti humberger, melihat mereka bisa tersenyum seceria itu sudah cukup membuat kami bahagia, terimakasih."

"Ah justru kami yang berterimakasih karena telah diberi izin untuk melakukan kegiatan kami di panti ini. Terimakasih nyonya Kang."

"Ahjumma..."

"Huh?"

"Panggil saja Kang ahjumma agar kita lebih akrab."

"Ahh baik ahjumma." Senyum Jisun dan yang lain ikut menganggukkan kepala.

Meski terlihat cukup canggung di awal, namun seiring obrolan ringan yang mengalir selama makan siang mampu menghadirkan suasana yang menyenangkan.

Mereka mulai mendekorasi ruang bermain anak yang disulap menjadi tempat perayaan dengan hiasan yang mereka beli dalam perjalanan kemari. Hari ini adalah peringatan hari jadi yayasan yang ke sepuluh tahun, saat yang tepat untuk para mahasiswa melakukan kegiatan aktivis mereka.

"Baiklah, sudah siap semuanya?" Seungdae, sang juru kamera atau seksi dokumentasi menempatkan kameranya pada sebuah tripod mengarah kepada formasi berfoto mereka.

"Baiklah, cheese." Ujar Seungdae setelahnya ia berlari untuk bergabung dengan yang lainnya.




















Setelah serangkaian acara yang mereka kerjakan selesai. Mereka dibagi tugas untuk mengasuh beberapa anak dan bermain bersama mereka. Di hari yang mulai senja, Zayyan melihat pancaran keceriaan tersirat dari wajah anak-anak dan tawa yang menggema di penjuru taman bermain. Anak-anak yang tak memiliki orangtua ini terus bermain dengan temannya yang lain. Meski tak tahu kapan tiba masanya untuk diadopsi, mereka terlihat tak menampilkan kesedihan. Zayyan tak berhenti menyunggingkan senyumnya, bersyukur dengan keadaannya saat ini yang masih memiliki kedua orangtua, minus adiknya yang menyebalkan.

One For Two | ZaLeSingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang