Zayyan membuka plastik pembungkus tanghulu yang baru saja dibelinya pada penjual yang sama saat ia bersama Sing waktu itu.
"Manis sekali." Ujarnya setelah satu gigitan.
"Tapi akan lebih manis kalau aku memakannya bersamamu Sing." Ujarnya sedikit putus asa.
Tangannya beralih merogoh saku jaketnya, sebelah kanan lalu sebelah kiri, akhirnya benda persegi itu diraihnya.
Zayyan menekan tombol call dan menempelkannya ke telinganya. Meski ia tahu tak ada gunanya, tapi Zayyan masih terus mencoba.
Tentu saja panggilannya tak tersambung, sudah hampir tiga bulan ia mencobanya.
Zayyan menggeleng dengan senyumnya yang getir, "kau masih marah padaku ya."
Zayyan melirik tanghulu di tangan kirinya. Sangat merah, seperti dirinya yang merona kala Sing hampir saja menciumnya. Ingatannya itu bisa membuatnya gila.
Zayyan beralih ke perekam suara, seperti sebelumnya, ia akan melakukan obrolan satu arahnya. Napasnya berhembus teratur.
"Hai Sing. . . Aku datang lagi, kau tidak bosan kan mendengar suaraku?" Zayyan kembali menggigit tanghulunya. Suara kunyahannya terdengar renyah sekali.
"Ah maaf, aku sedang menikmati tanghulu. Kau ingat? Tanghulu yang pernah kita beli saat kau mengajakku ke puncak taman. Aku sempat terkejut ternyata paman penjual masih mengingatku, ah... menyenangkan sekali bisa diingat oleh seseorang." Zayyan menggigit bibirnya kelu.
"Kau masih mengingatku 'kan? Kau belum melupakanku 'kan?" Zayyan berjanji untuk saat ini, kali ini saja ia tak akan meneteskan bulir beningnya. Ia harus kuat, menanti Sing untuk kembali padanya.
"Aku baik-baik saja, kau tak perlu khawatir. Aku makan dengan baik, tidurku teratur, sesekali aku juga pergi ke gym. Gyumin sering menghiburku dan katanya dia akan mampir ke apartemen kita membawa ramyeon dan ayam goreng bersama Wain dan Beomsoo malam ini. Ah, mereka memang sahabat yang baik."
Zayyan menghela napasnya, kali ini menatap kelip lampu taman di bawah sana. "Kuliahku lancar, dan nilai ku juga semakin membaik. Apartemen aku rawat dengan baik juga. Tenang saja, meski kosong, kamarmu tetap aku bersihkan kok." Senyumnya hadir kala mengingat nyanyiannya ketika membersihkan kamar Sing, bertindak seolah pemilik kamar akan kembali.
"Karena kau tak ada disini, aku sering merasa bosan, jadi aku menghabiskan waktu luang untuk mencoba resep kue baru." Zayyan terkekeh rendah saat mengingat creme brule yang ia buat pertama kali sedikit hangus karena terlalu lama memanggangnya.
"Walau sempat gagal, tapi aku sudah bisa membuat creme brule yang enak loh. Saat ini aku sedang belajar membuat dorayaki, dan minggu lalu aku berhasil membuat croissant cake. Kau harus mencobanya nanti. Ah sepertinya ini akan menjadi hobi baruku."
Terdiam sejenak, Zayyan kembali memikirkan bualan apa lagi yang akan ia lontarkan pada Sing. Netranya memandang jauh ke langit malam.
"Aku sempat memiliki teman baru, tapi sepertinya kami tak sejalan jadi kami memutuskan untuk mengakhirinya. Dia orang yang baik, sabar dan humoris. Dia juga sering membantuku untuk mencarimu. Aku tidak tahu dengan diriku sendiri, kenapa aku memutuskan hubungan dengannya, apakah aku jahat?" Napasnya mulai tercekat mengingat Dongbin yang ia tinggalkan.
"Terus bersamanya membuatku merasa diliputi rasa bersalah karena kau tak ada di sisiku. Aku merasa seperti. . ."
Gagang tanggulu yang ia genggam erat dan napasnya yang naik turun menyiratkan emosi yang mulai tak terkendali.
". . . bermain di belakangmu.""Aku aneh ya?"
Zayyan beringsut duduk di bangku taman. Beruntung tempat ini sangat jauh dari keramaian hingga ia bisa meluapkan semua emosinya tanpa terganggu orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
One For Two | ZaLeSing
Fiksi PenggemarSemuanya berubah saat Zayyan mengenal Sing, Leo tak seharusnya membiarkan itu terjadi, karena ia tahu Sing itu sedikit berbeda. !!BROMANCE!! !!BROTHERSHIP!!