Bagian 8

859 111 15
                                    

"Sing, apa kau sudah selesai mengambil gambarnya?"

Sing menoleh dan kembali fokus pada hasil jepretannya untuk kebutuhan tugas mereka. "Ah sudah hyung, ini lihatlah"

Hyunsik mendekat dan mengecek setiap hasil tangkapan yang Sing ambil. Ia mengangguk puas dan menepuk pundak lelaki bersurai hitam itu.

"Bagus, kau mengambilnya dengan komposisi yang pas."

"Kamsahamnida.." Sing membungkuk pada seniornya.

"Jangan terlalu kaku, santai saja." Hyunsik tersenyum hangat. Mereka berjalan bersisian di pinggir pantai yang menjadi objek pengambilan gambar mereka. Proyek yang mereka kerjakan akan selesai hari ini. Hyunsik sebagai mentor bagi kelompok Sing membimbing mereka dengan baik dan terorganisir. Tak ada kendala sama sekali, dan mereka bisa kembali ke Seoul malam ini.

"Oh apa ini?"

Sing menoleh pada Hyunsik yang tengah fokus menatap layar ponselnya, menggelengkan kepalanya dengan raut tertekuk.

"Baru tiga hari kita tak ada di kampus, tapi sudah banyak kejadian seru. YAA.. Sing, lihat ini."

Sing mengarahkan pandangannya pada layar ponsel milik Hyunsik dan memperhatikan berita harian dari kampus mereka.

Dahinya berkerut dengan berita yang baru saja ia lihat. Pertandingan Leo dan Lex yang menjadi trending topic. Ia lebih terkejut lagi setelah mengetahui Leo yang memenangkan pertandingan itu.

"Wah ini gila. Siapa pun Leo itu, dia sangat keren bisa mengalahkan si dewa tenis." Hyunsik mendekap mulutnya terheran.

Sing kembali melangkahkan kakinya meninggalkan Hyunsik yang masih asik membaca ulasan netizen yang memberikan beragam komentar.

"Yaa tunggu aku Sing." Hyunsik kembali menyamai langkahnya pada Sing.

Sing sedang tak bersemangat menjalani harinya hari ini, ditambah berita memuakkan yang baru saja ia baca. Leo berhasil mengalahkan Lex sungguh diluar dugaan. Komentar yang banyak memuji Leo yang sempat ia baca sekilas juga sangat menganggunya. Sing meredam kekesalannya agar tak begitu terlihat oleh Hyunsik. Lagi-lagi pusat perhatian mengarah pada Leo. Sing ingin mengumpatnya.

Zayyan tidak mengangkat panggilannya, pesan juga tidak dibalas hingga pagi ini. Sudah cukup merusak harinya yang buruk. Sing kembali menatap ruang obrolannya dengan Zayyan yang masih belum menerima balasan dari sahabatnya itu.

"Mwoyaaa... Lex juga mengadakan pesta tadi malam? Sial, harusnya aku ada disana. Hahh, kenapa juga aku harus menerima tawaran Pak Kim untuk mementori kalian, tau gini aku tolak saja."

Hyunsik masih meracau dan Sing tak tahan. Ia membuka website kampus mereka dan melihat dua berita teratas yang diisi oleh Lex. Berita pertama masih tentang pertandingan dan berita kedua tentang pesta yang diadakan di rumah Lex.

Sing memilih membuka berita kedua, matanya terus membaca ulasan yang kebanyakan memberikan respon positif dan menginginkan Lex untuk mengadakan pesta lagi. Kemudian ia membuka sekumpulan gambar dari pesta semalam, hanya isinya hal umum saat berpesta, Sing men-scroll gesit layar ponselnya.

Jarinya terhenti pada satu gambar yang menarik perhatiannya. Hanya sekumpulan orang yang menari, tapi bukan itu yang menjadi daya tariknya. Dua orang di belakang yang sepertinya ia kenal menuju pintu keluar. Sing men-zoom layar ponselnya untuk memperjelas wajah mereka.

Sing membolakan matanya ketika akhirnya sadar siapa dua orang tersebut. Leo dan Zayyan. Sing hampir mengumpat kalau saja tak ada Hyunsik. Ia mencengkram kuat ponsel dalam genggamannya ketika melihat Zayyan yang dibopong oleh Leo. Tak rela, Sing sungguh tak rela.

One For Two | ZaLeSingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang