Bagian 1

3.1K 148 7
                                    

Bisingnya kendaraan lalu lintas tak sedikit pun mengusik keheningan dua lelaki yang saat ini berada di bangku penumpang bagian belakang mobil yang mereka tunggangi. Supir yang membawa laju mobil itu pun tak habis pikir dengan mereka yang tak mengucapkan sepatah kata pun. Sudah setengah jam melaju namun tak satu pun dari mereka membuka suara.

"Ehmm.. Semoga tuan-tuan semua baik baik disana ya. Dan kembali dengan gelar terbaik kalian." Setidaknya basa-basi sedikit tak apa kan, toh dia juga sudah supir yang cukup senior di keluarga ini. Pasti memulai pembicaraan agar mencairkan bekunya keheningan saat ini tak masalah kan.

"Ah, terimakasih tuan Hau."

Sudah diduga, yang tertua yang menjawab. Si bungsu itu tak bisa diharapkan, menoleh saja tidak, pasti karena kedua telinganya masih asik mendengarkan musik dengan headphone-nya.

Mereka telah sampai di bandara dan bersiap untuk merantau ke Seoul yang menjadi tujuan mereka. Masih terlalu nyaman dengan keheningan yang mereka ciptakan padahal kembali duduk berdampingan di dalam pesawat.

Zayyan sedikit melirik ke lelaki di sampingnya yang masih setia mendengar musik dengan mata terpejam. Yah, lebih baik begini, tak saling menyapa, dari pada berbincang namun selalu diakhiri dengan pertikaian. Lebih baik dia diam.

Zayyan memutuskan untuk melakukan hal yang sama dengan mengeluarkan earphone-nya dan mendengarkan alunan melodi untuk mengiringi perjalanan mereka. Waktu tiga jam setengah bisa ia manfaatkan dengan tidur.

"Jadi kau akan tinggal bersama Sing?"

Baru hendak menekan tombol play pada playlist-nya, suara di samping menghentikannya. Sedikit kaget namun tak juga heran. Akhirnya ia bersuara.

"Iya begitulah" Jawabnya singkat.

Leo terlihat menganggukkan kepalanya pelan dengan sedikit berdecih, "kau memang tak bisa lepas darinya ya. Sudah merantau ke negeri orang pun masih juga bersamanya. Dasar kuper."

Sudah Zayyan duga, berbincang dengan Leo pasti akan berakhir tak menyenangkan. Lelaki itu sama sekali tak memperdulikan perasaannya kalau sudah berbicara.

Zayyan lebih memilih diam dan melanjutkan aktivitasnya mendengarkan lagu. Ia berjanji tak akan menoleh sedikitpun pada Leo selama perjalanan ke Seoul. Biarkan saja tembok diantara mereka semakin tinggi menjulang. Tak ada satu pun dari mereka mencoba untuk merobohkannya.

.

.

.

Seorang lelaki dengan tinggi gagahnya melambaikan tangan dengan antusias. Lihatlah bagaimana senyum manisnya mengembang saat melihat Zayyan berdiri beberapa meter di depannya. Ia sedikit berlari menghampiri Zayyan.

Tanpa aba-aba Sing langsung memeluk Zayyan saat dirasa lelaki itu sudah dalam gapaiannya. Zayyan sedikit terkejut tapi membiarkan Sing memeluknya erat, sambil ikut membalasnya melepas rindu.

"Zayyan, bogoshipeo... "
Zayyan terkekeh gemas dengan kemanjaan sahabatnya yang satu ini. "Nado bogoshipeoyo." Ujarnya sambil melepaskan pelukan Sing.

"Bagaimana kabarmu? Kau baik-baik saja kan?" Tanya Sing dan tak lupa sambil pura-pura mengecek tubuh Zayyan. Memegang bahu dan pipinya secara bergantian.

"Aku baik-baik saja, tenanglah."

Sing tersenyum dengan lekukan lesung pipinya yang menawan. Zayyan paling suka saat lekukan itu muncul. Sangat indah dan pas berada di pipi Sing, menambah ketampanannya semakin naik level.

"Tak bisakah kita langsung pergi? Aku sudah capek."

Ah ya, mereka sampai lupa pada Leo yang sedari tadi ada di samping mereka, menyaksikan semua kegiatan melepas rindu Zayyan dan Sing dengan tatapan kesalnya. Kalau saja ia tahu jalan menuju tempat tinggalnya dia tak akan sudi menunggu mereka berdua. Menyaksikan semuanya, membuatnya mual.

One For Two | ZaLeSingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang