Bagian 23

805 77 22
                                    

Note : bagian ini menceritakan masa lalu Leo, Sing dan Zayyan dari
sudut pandang Leo.









----------












Lahir pada tahun naga, Leo selalu percaya keberuntungan akan selalu berada di pihaknya. Seberapa pun usaha yang ia lakukan pasti ia akan mendapatkannya. Harta, tahta, talenta, semua ia dapatkan dengan mudah. Namun ada satu hal yang menjadi pemutus rantai keberuntungannya. Atau bisa dikatakan seseorang.

Leo tak mengerti kenapa seseorang ini hadir dalam hidupnya sebagai benalu sehingga keyakinan pada shio naga itu mulai luntur dalam dirinya. Andai saja seseorang itu tak tinggal di dekat rumahnya, Leo bahkan sempat berpikir, andai saja Sing tak lahir ke dunia, mungkin ia bisa bersama Zayyan tanpa halangan apapun.

Leo akhirnya sadar, kehadiran Sing bisa mengancam hubungan baiknya yang sudah susah payah ia bangun kembali dengan Zayyan.

Dalam heningnya ruas jalan yang ia tapaki, Leo kembali mengingat kapan semua ini bermula?

Setelah berusaha keras mengingat kembali, Leo akhirnya dapat menyusun puing-puing memorinya yang sekian lama ia coba lupakan. Ia ingat saat itu ia masih berusia sepuluh tahun saat Sing hadir dalam hidupnya.








.


.


.













"Leo sayang, akhirnya kita punya tetangga baru."

Pandangannya menengadah dari ponsel yang ia gunakan untuk bermain game. Mata sipit itu membulat sempurna menatap ibunya dengan raut terkejut.

"Benarkah? Akhirnya rumah kosong itu ada penghuninya juga." Deretan giginya yang putih terlihat kala ia menyunggingkan senyumnya.

"Mama sudah buat cookies untuk mereka. Leo antar ya, anggap saja kue ini untuk menyambut mereka sebagai tetangga baru kita."

Leo mengangguk semangat dan bangkit dari duduknya. Menerima sekotak cookies cokelat yang sangat menggodanya. Ia tanpa sadar menjilat bibirnya.

"Nanti mama akan kasih Leo cookiesnya kalau sudah pulang antar kue. Leo boleh makan sepuasnya."

Leo berjingkrak senang dan segera berjalan gesit ke luar rumah untuk mengantar cookies untuk tetangga barunya.

Pagar rumah itu masih tertutup rapat, namun karena tingginya hanya sebatas dada orang dewasa, Leo bisa melihat rumah itu dari luar meski sedikit berjinjit.

"Permisi..." Leo mengetuk-ngetuk gembok yang tercantol di pagar. Ternyata tidak dikunci. Tapi Leo tak berani masuk tanpa dipersilahkan terlebih dahulu. Ia mengetuk lagi dan bukannya sapaan yang ia dapat, justru suara gaduh dari dalam rumah terdengar oleh telinganya.

Dari luar terlihat bayangan seorang wanita seperti berbicara pada seorang yang badannya jauh lebih kecil. Dari gesturnya sepertinya wanita itu sedang marah.

Leo jadi ragu, apakah ia harus melanjutkan memberikan cookies pada mereka atau tidak. Suasana di rumah ini sangat mencengkam. Jauh berbeda dengan rumahnya yang tentram walau hanya ada dirinya dan ibunya.

One For Two | ZaLeSingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang