"Zayyan... ppalli.."
Gyumin menyeletuk saat Zayyan masih membasuh tangannya di wastafel toilet. "Iya, ini aku sudah selesai."
Gyumin bergegas menarik tangan Zayyan dan membawanya pergi dengan tergesa-gesa. "Gyumin pelan-pelan."
"Tidak, kita sudah terlambat."
"Memangnya sepenting itu pertandingan ini?"
Gyumin menoleh disela langkahnya yang terburu-buru. Ia mengangguk, "bukan hanya penting, tapi ini sangat menggemparkan. Siapa yang berani menantang Lex sunbae? Dia cari perkara."
Zayyan bergeming mengikuti langkah cepat Gyumin yang mengajaknya menonton pertandingan tenis yang sempat menggegerkan di sosial media tadi malam. Zayyan juga kedapatan informasi itu, tapi tak menggubrisnya karena merasa tak penting. Tapi Gyumin justru memaksanya untuk menonton. Katanya sih pertandingan ini akan menampilkan si dewa tenis di kampus ini.
Mereka tiba di lapangan terbuka tenis yang ada di kampus. Sedikit tersengal karena jaraknya dengan fakultas mereka lumayan jauh ditambah Gyumin yang tak sabaran ingin sampai secepatnya.
Zayyan terbelalak melihat tribun penonton yang hampir terisi penuh. Padahal ini bukan pertandingan resmi, tapi antusias mahasiswa yang lain sangat menghebohkan. "Ayo kesana" Gyumin kembali menarik Zayyan untuk duduk di tempat yang masih kosong. Setelah bersusah payah melewati orang ramai, mereka akhirnya mendaratkan bokongnya di tempat itu.
"Kenapa ramai sekali?"
Gyumin menoleh pada Zayyan, "Si dewa tenis sudah turun lapangan, siapa yang tidak penasaran, untung saja kita belum terlambat."
Zayyan mengangguk dan memperhatikan sekelilingnya. Kedua pemain belum turun lapangan, jadi ia mengedarkan pandangannya pada penonton. Zayyan terheran dengan beberapa wanita yang memegang kamera dengan lensa besar duduk tak jauh dari mereka.
"Gyumin, apa pertandingan ini akan masuk berita?" Gyumin menoleh dan memperhatikan kemana arah pandang Zayyan.
"Oh maksudmu mereka?" Gyumin menunjuk pada para wanita tersebut. Ada yang mengelap lensanya ada yang mengatur fokus kameranya. Semua terlihat sibuk.
Zayyan mengangguk, "Mereka bukan wartawan, tapi fansites"
Zayyan menoleh cekatan menghadap gyumin lagi. "Fansites? Apa maksudmu?"
"Itu fansites Lex sunbae, dia sangat populer di kalangan mahasiswi. Jadi jangan heran kalau dia memiliki fansites. Bahkan para penggemar itu mempunyai website tersendiri untuk update-an tentang Lex sunbae."
Zayyan terbengong dengan fakta barusan. Ia tak tahu kalau Lex, si dewa tenis yang dimaksud Gyumin ternyata sepopoler itu. Bahkan memiliki fansites, tidak hanya satu tapi banyak. Di sudut lainnya bahkan Zayyan masih bisa melihat beberapa kamera mengarah ke arah lapangan. Belum lagi yang hanya menggunakan kamera handphone. Ternyata Korea segila ini, setahunya Korea sangat menjunjung tinggi privasi seseorang, tapi kenapa orang seperti Lex bisa memiliki fansites. Apa tidak mengganggu privasinya, dia kan bukan Idol.
Fokusnya teralihkan saat Zayyan merasa ada yang duduk di sebelah kirinya. Ia menoleh, "Oh kau?"
"Uhh???"
"Kau si pengantar barang itu kan?"
Zayyan menutup mulutnya terkejut, dari sekian banyak tempat, kenapa ia harus bertemu lagi dengan roomate Leo disini.
"Ah, tidak usah canggung, aku Davin." Davin mengulurkan tangannya mengajak berkenalan.
Zayyan sempat bergeming, menilik wajah Davin yang terlihat antusias menunggu uluran tangannya. Gyumin menyenggolnya dan Zayyan kembali tersadar. Hanya menyebutkan nama tak masalah kan.
KAMU SEDANG MEMBACA
One For Two | ZaLeSing
FanfictionSemuanya berubah saat Zayyan mengenal Sing, Leo tak seharusnya membiarkan itu terjadi, karena ia tahu Sing itu sedikit berbeda. !!BROMANCE!! !!BROTHERSHIP!!