Sing telah menantinya di luar studio. Ia telah menunggu selama satu jam. Tak jadi masalah, asalkan hari ini ia bisa menghabiskan waktunya dengan Zayyan. Sing beruntung ia masih mendapatkan izin cuti kerja paruh waktu karena masa pemulihannya. Pemilik kafe menyarankannya untuk istirahat dan kembali bekerja esok hari. Tapi lihatlah dia sekarang, berkeliaran di luar menanti manusia favoritnya.
Zayyan akhirnya keluar. Sing tersenyum lebar. Namun ketika dipanggil, sahabatnya itu justru tak mendengarnya dan laju menyebrang jalan. Sing sampai kewalahan mengejarnya. Beruntung, kaki jenjangnya memudahkannya mengejar Zayyan dan meraih tangan pemuda itu.
"Sing.."
Zayyan sampai terkejut saat seseorang memberhentikan langkahnya.
"Kenapa kau ada disini?"
"Aku sudah menunggumu sejak sejam yang lalu."
Rasa bersalah mulai menghampirinya, "Kenapa tidak bilang? Maafkan aku ya.."
Sing tersenyum, "Aku memanggilmu dari tadi, tapi kau tak mendengarku. Ada apa? Kenapa wajahmu terlihat kesal? Apa interview-nya berjalan lancar?" Sing menyerbunya dengan pertanyaan beruntun.
"Semua lancar, hanya saja aku sedikit kelelahan." Zayyan lebih memilih berbohong. Kalau ia mengutarakan penyebab kekesalannya pasti akan semakin rumit. Zayyan hanya tak mau Sing dan Leo kembali beradu argumen.
Sing membuka jaketnya dan menyampirkannya ke bahu Zayyan. "Maaf ya, pasti kau kelelahan karena merawatku kemarin."
Zayyan menggeleng, "bukan begitu..."
Sing mengerucutkan bibirnya, "Padahal aku ingin mengajakmu jalan-jalan.""Kemana?" Wajahnya berubah ceria.
"Ada deh..." Sing menyentil hidung Zayyan.
"Kau terlihat imut dengan gaya rambut seperti ini." Sing menyentuh helaian rambut Zayyan yang sengaja dibuat curly.
"Mwoya... Seharusnya tampan dong." Nadanya sedikit merajuk.
"Tampan dan imut."
Zayyan menggulirkan kedua bola matanya malas. Biarkan saja Sing menyebutnya apa, asalkan ia senang.
"Jadi kita mau kemana?"
"Jadi? Katanya lelah." Sing mulai menggodanya.
Zayyan menarik lengan Sing dengan sedikit merengek seperti anak kecil. Menggemaskan sekali.
"Lelahnya sudah hilang. Ayo kita jalan-jalan. Sudah lama aku tidak healing." Senyumnya makin mengembang.
"Oke... Oke... Tapi sebelum jalan-jalan, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat dahulu."
"Kemana?" Zayyan mulai penasaran.
Sing lebih memilih meraih jemari Zayyan, dan menautkan dengan miliknya.
"Yaa... Kita mau kemana..?"
"Ikuti saja.."
Zayyan memanyunkan bibirnya sebal, namun tak menolak saat Sing menuntunnya pergi.
•
"Jadi kau menunda jalan-jalan kita karena mau kesini?"
Sing mendaratkan bokongnya. Kedua tangannya meraih handle pada mesin kabel di depannya. Ia menoleh pada Zayyan, dan menyengir menampilkan deretan giginya yang putih.
"Hehehe... Aku sudah lama tidak nge-gym."
Zayyan ingin melontarkan kalimat saktinya kalau begini.
Sing memposisikan duduknya dengan postur tegak, lalu mulai menarik handle-nya dan menghitung setiap tarikan yang berhasil ia lakukan.

KAMU SEDANG MEMBACA
One For Two | ZaLeSing
أدب الهواةSemuanya berubah saat Zayyan mengenal Sing, Leo tak seharusnya membiarkan itu terjadi, karena ia tahu Sing itu sedikit berbeda. !!BROMANCE!! !!BROTHERSHIP!!