Bagian 14

713 93 26
                                    

Suasana begitu lenggang ketika mereka bercengkrama di ruang tengah. Wanita yang masih terlihat sangat anggun walau sudah tak muda lagi itu memperhatikan kedua putranya yang masih terdiam menatapnya canggung. Senyum mengembang pada wajahnya yang cantik, ia merentangkan kedua tangannya dan menanti balasan dari kedua putranya.

"Apa kalian tidak merindukan mama?" Tanyanya riang.

Leo tersenyum lebar menampilkan gigi rapinya sambil beranjak dari duduk meraih pelukan yang dinanti ibunya. Zayyan bergerak canggung, namun tak ingin merusak suasana. Ia ikut bangkit dan memeluk wanita itu.

"Ah... Mama sangat merindukan kalian."

"Aku juga rindu mama."

Zayyan melepas pelukannya, tak ikut melontarkan kalimat kerinduannya.

"Bagaimana kabar kalian? Apa semua baik-baik saja? Kuliahnya lancar?"

Meski pertanyaan itu ditujukan pada mereka berdua, nyatanya pandangan ibunya tak lepas dari Leo, menyiutkan perasaan Zayyan yang berharap lebih.

"Semuanya baik, tak ada kendala. Kami baru saja kembali dari liburan. Bagaimana dengan mama?"

Wanita itu mengelus surai hitam Leo dengan tatapan berseri. Putranya itu tak pernah berubah, selalu perhatian mengenai dirinya.

"Mama baik juga, papa mu menjaga mama dengan baik."

Zayyan sedikit terperanjat ketika tatapan yang sedari tadi mengarah ke Leo kini menatapnya. "Zayyan, kenapa diam saja? Apa kau kurang enak badan?"

Telapak tangannya menempel pada dahi Zayyan, ia terkejut dan semakin membuatnya tak berkutik. "Aku baik-baik saja, ah ya... Aku akan buatkan teh untuk mama."

Zayyan bergegas pergi ke arah dapur menghindari kecanggungan yang ia rasakan. Hubungannya dengan ibu tirinya memang tak memiliki kendala, hanya saja Zayyan merasa wanita itu sering melupakan kehadirannya ketika ia bersama Leo.

Zayyan sadar, ia hanyalah anak tiri namun sedikit berharap tak salah kan?

Tangannya meraih gelas hendak membuat minuman yang menjadi kesukaan ibunya, teh melati. Pergerakannya terhenti kala ia menyadari sesuatu.

"Dimana letak tehnya?"

Zayyan memeriksa semua rak lemari hingga kulkas untuk mencari teh. Ini bukan apartemennya, jadi ia tak begitu mengerti susunan letak di dapur ini. Perasaan menyesal sekilas menggelayutinya yang menawarkan teh untuk ibunya.




"Kau sedang apa?"

Zayyan terkesiap dan membalikkan badan "Ah itu, tehnya ada dimana?"

Sudah Leo duga, ia dan ibunya sudah mengobrol cukup lama namun Zayyan masih belum kembali membawa tehnya. Pasti dikarenakan tak tahu dimana Leo menyimpannya.

Leo bergerak ke arah beberapa toples keramik yang terletak di sebelah kulkas dan membukanya, teh yang dicari akhirnya ketemu. Zayyan tergagap, tak terpikirkan tehnya akan ada disitu.

"Lain kali, pikirkan dulu apa yang akan kau lakukan. Jangan sampai ketahuan kalau kau dan aku tidak tinggal bersama."

Zayyan masih tertegun dengan ucapan Leo barusan. Bagaimana pemuda itu mengucapkannya tepat pada telinganya dengan sedikit berbisik. Zayyan menggeleng gusar, ia segera menyeduh tehnya.





Kesunyian tak bisa dihindari. Zayyan mendudukkan dirinya di tepi ranjang memainkan ponselnya. Membalas pesan Sing yang sudah merindukannya. Sesekali ia tersenyum melihat foto-foto yang Sing kirimkan menunjukkan aktivitas liburan mereka yang terlihat menyenangkan.

One For Two | ZaLeSingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang