Kedua netranya menyalang sempurna dengan memfokuskan stick dalam cengramannya pada cue ball yang siap menerjang bola targetnya. Kalau ia berhasil melakukan shot ini, maka poin penutup untuknya menang.
Ctakkk...
"Yessss.."
Leo berjingkrak senang dengan kedua tangan melambung ke atas. Memandang Beomsoo yang luruh tak semangat.
"YAA Beomsoo, sesuai kesepakatan di awal. Kau harus mentraktir ku selama seminggu penuh."
"Arraseo, tak perlu kau ingatkan.. Ah sial ternyata kau jago juga."
Leo membusungkan dadanya bangga. Ini bukan kali pertama ia bermain billiard. Selain tenis yang menjadi andalannya, billiar adalah olahraga kedua favoritnya. Dia biasa memainkannya waktu di Hongkong.
"Ada apa ini? Juara bertahan Beomsoo ternyata bisa dikalahkan dengan mudah dengan anak baru."
Beomsoo menoleh dan mendapati Wain, si kulkas berjalan mendekat. Tidak, panggilan itu terlalu buruk, bagaimana kalau si tampan dari kutub utara. Kepribadiannya yang dingin dan cuek, memberikan kesan sedikit misterius bagi kebanyakan orang yang tidak mengenalnya. Tapi tidak berlaku untuk Beomsoo, mereka kan sohib.
"Aku hanya kurang pemanasan tadi, jadi tanganku sedikit kaku."
"Kalau sudah kalah, akui saja. Jangan banyak berkilah.. Hahaha.."
Leo masih tertawa puas melihat ekspresi Beomsoo yang tidak terima akan kekalahannya.
Seperti yang Beomsoo janjikan, ia membuat hari-hari Leo semakin menyenangkan sejauh ini. Kehidupan mahasiswa baru memang masa paling mengasikkan apalagi sudah terbebas dari orangtua. Tak sekali pun Leo langsung menuju apartemen jika kelasnya telah usai atau jika sedang tidak memiliki tugas. Beomsoo akan selalu membawanya pergi bersenang-senang dan pulang jika sudah malam.
"Oke, kalau begitu ayo traktir aku. Ku dengar di depan plaza ada restoran baru. Kulihat youtuber si ratu kuliner pun sudah pergi kesana."
Leo meletakkan stick-nya dan menarik lengan Beomsoo untuk beranjak pergi. Tak lupa wain mengekori mereka dari belakang. Temannya yang satu ini memang tak begitu banyak bicara.
"Kau bilang kau hanya jago bermain tenis, tapi ternyata kau juga jago bermain billiard, kau sedang menipu ku ya?"
"Kalau aku memberitahu mu kalau aku jago billiard, kau pasti tak akan mau membuat kesepakatan tadi."
"Beomsoo, sepertinya kau harus banyak berlatih lagi."
"Kenapa kau jadi ikut-ikutan membela Leo?" Beomsoo mengerutkan dahinya dengan sedikit menaikkan suaranya pada Wain. Ia kan jadi malu karena kalah. Billiard sudah seperti nyawanya, jadi bisa dikalahkan dengan Leo membuat harga dirinya tercoreng. Untung tempat mereka bermain tadi tak banyak pengunjung, kalau tidak, dia bisa benar-benar malu. Apalagi ini tempat langganan Beomsoo untuk bermain, bisa dibayangkan bagaimana reaksi pengunjung reguler dan pemilik tempat itu jika melihat dia kalah tadi.
Leo dan Wain terkekeh sambil berjalan menuju mobil, tak berhenti sampai membuat Beomsoo kesal.
"Baiklah, kalau begitu... Aduh.."
Leo mengaduh dan memegangi bahunya yang tak sengaja menabrak seseorang. Ia menoleh pada seorang lelaki dengan potongan rambut hitam cepak dan mata sipitnya serta pipi yang sedikit berisi. Wajahnya merengut tak suka. Ia memperhatikan Leo dari atas hingga bawah, lalu berdecih dengan raut mengejek kemudian pergi meninggalkan mereka bertiga.
Lelaki itu menoleh pada bahunya yang tertabrak, kemudian dengan tangan kirinya, ia menghempaskan bahunya dengan tangannya seolah ada kotoran pada bahu yang bersentuhan dengan Leo tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
One For Two | ZaLeSing
FanfictionSemuanya berubah saat Zayyan mengenal Sing, Leo tak seharusnya membiarkan itu terjadi, karena ia tahu Sing itu sedikit berbeda. !!BROMANCE!! !!BROTHERSHIP!!