#hai guyss
#absen disini yukk yang uda baca.
#bacanya pelan aja yaa, biar ngerti alurnya.
°•°•°•°•°•°•°
Setelah melewati perjalanan yang begitu panjang, kini mereka bertujuh dan kakek tua itu telah sampai di gerbang menuju rumah.
Kakek tua itu kembali dibuat takjub, baru kali ini ia melihat rumah sebesar ini, menurut Kakek itu, rumah ini sudah layaknya istana.
Ketujuh anak itu mempersilahkan Kakek untuk masuk bersamanya. Ketika masuk, mereka disambut oleh kedua pembantu yang bekerja di sana---Asri dan Hani.
"Dek ... ini siapa?" Tanya Asri kepada Naren.
"Nanti aja, Bi. Aku jelasin"
Kakek tua itu terus mengikuti langkah kaki Harsa, ia takut jika seumpama salah arah dan tak tau arah kembalinya. Saking luasnya rumah.
°•°•°•°•°•°
Harsa dan yang lainnya segera mengganti bajunya, dan menggantung seragam sekolahnya untuk dipakai kembali besok. Terlihat cuaca di luar tengah hujan deras, disertai dengan petir yang saling bersahutan.
Ketika Harsa keluar, rupanya sang kakek tengah menunggunya di depan pintu. Harsa pun segera menanyakannya, mengapa sang kakek tidak menunggunya di ruang tamu.
"Kek ... kakek kok enggak tunggu di ruang tamu aja?"
"Enggak papa, Nak. Kakek mau tungguin kamu aja, kakek takut kalo ke mana-mana tanpa kamu ... badan kakek kotor, Nak." Ucapnya sukses membuat Harsa meneteskan air matanya.
Bagaimana bisa seorang kakek tua tanpa adanya salah sedikit pun merasa bahwa dirinya kotor? Harsa menggenggam erat kedua tangan kakek tua itu. Harsa menatap sejenak mata kakek tua itu yang sepertinya tengah menahan air mata yang sudah ingin keluar.
"Kek ... kakek enggak kotor, kok, kami juga ga masalah kalo kakek kotor, emang kenapa kalo kakek kotor? Kotor itu masih bisa dibersihkan," ujar Harsa.
Kakek tua itu pun segera turun dari lantai dua bersamaan dengan Harsa dan menunggu yang lain di meja makan.
Tak lama kemudian, keenam saudaranya turun dari lantai atas, dan ikut duduk di ruang makan. Mereka menunggu makanan yang tengah dimasak oleh Asri dan Hani.
Tercium begitu sedap aromanya ketika masakan itu diantarkan ke meja makan. Harsa mengambilkan piring untuk kakek tua itu, dan membiarkan sang kakek mengambil sendiri makanan sesuai yang ia mau.
"Kek ... ini piringnya, silahkan kakek ambil makanan yang kakek mau"
Sebelum itu, Kakek tua sempat menolak untuk mengambil makanan sendiri, dengan alasan dirinya takut lancang. Namun itu semua tak berlangsung lama, setelah Harsa mengatakan bahwa semuanya mengizinkan sang kakek untuk mengambil makanan sepuasnya, kakek itu menurut.
Setelah mengambil makanan, kakek itu memakannya dengan begitu lahab, mungkin itu semua disebabkan karena sang kakek belum pernah memakan masakan enak seperti ini biasanya. Sampai pada suatu hari ...
♧♧♧
"Ya Allah, aku harus mencari makanan ke mana? Aku sungguh tak punya uang untuk saat ini" ucap kakek tua itu dengan memegangi perutnya yang tengah kelaparan.
Kakek tua itu pun terus berjalan tanpa adanya tujuan, mau bagaimana lagi? Rumah saja ia tak punya, apalagi uang untuk membeli makanan.
Kakek tua itu berjalan cukup jauh dari tempat semula. Dan ia melihat bahwa di depan ada sebuah toko, dengan satu tong sampah di depannya. Dengan cepat kakek tua itu berlari dan menghampiri tong sampah tersebut, dan membukanya berharap di dalamnya terdapat makanan di dalamnya, walaupun itu sisa dari makanan orang lain.
/"Alhamdulillah Ya Allah, ada makanan" batin kakek itu berkata kala ia menemukan sepotong roti yang dibungkus menggunakan kertas minyak.
Kakek tua itu melahap roti tersebut. Bagaimana rasanya? Apakah itu enak? Tentu saja rasanya tidak enak. Namun kakek tetap saja memakan makanan itu demi mengisi perutnya yang kosong.
♧♧♧
"Bi!! Bibi!!" Teriak seorang perempuan.
/"mampus bunda sama ayah udah pulang" batin Sagara berkata.
Pasangan suami istri tersebut segera memasuki rumahnya, dan mendapati ada seorang kakek tua yang tengah duduk di kursi makan disertai dengan pakaian yang kumuh. Tentu saja mereka marah, ia menganggap bahwa orang miskin tak pantas masuk ke dalam rumahnya. Pria paruh baya itu lantas memarahi Jayendra, yang pada nyatanya, bukan dia yang salah.
"SIAPA YANG KAU BAWA KERUMAH INI, PEMBUNUH?!" Teriaknya.
"Harsa yang bawa, Yah. Bukan Jayendra" ucap Harsa.
"Saya tak peduli, intinya bawa kakek tua yang kumuh itu keluar dari rumah ini!!" Gertak Savian sehingga membuat sang kakek ketakutan.
"Maaf, saya akan keluar sendiri" ucap kakek tua itu disertai dengan rasa bersalah.
Kakek tua itu segera melangkah keluar dari rumah itu,Savian dan Elvi hanya menatapnya. Tak ada satu kata pun yang terlontarkan, bahkan walau hanya menyapa.
Savian segera menghampiri Jayendra, dan menepuk bahunya, serta berbisik "jangan banyak tingkah, You are just a nuisance in this family" kata katanya sukses membuat sang anak terdiam sejenak.
Setelah mendengar bisikan dari Savian, Jayendra segera berlari menuju kamarnya, dan menutup kuat pintunya hingga terdengar sampai ke lantai bawah. Lelaki itu memegangi kepalanya, benar saja penyakit anak itu kambuh, selama ini Jayendra mengidap leukimia, namun tidak ada satu pun orang tuanya yang tahu perihal penyakitnya.
"Ya Allah, ga bohong, ini sakit"
Anak itu segera membaringkan badannya ke ranjang, dan menutupi dirinya dengan selimut. Anak itu masih memegangi kepalanya yang tengah sakit tak karuan sembari menggigit bibir bawahnya.
Tak lama kemudian, cairan merah segar berhasil meluncur dari hidung mancungnya. Inilah keadaan yang paling dibenci oleh Jayendra. Di saat tubuhnya sudah lemah, tiba-tiba dirinya mimisan yang mengakibatkan tubuhnya semakin lemah.
~◇~
"BUNDA!! AYAH!! KENAPA KAKEK TADI DIUSIR, KASIAN DIA TAK PUNYA RUMAH, DIA KELAPARAN, ANAKNYA SUDAH TAK ADA YANG PEDULI DENGANNYA" Marah Harsa dengan wajah yang memerah.
"Jika kau sayang dengan kakek tua tadi, mengapa kau tak ikut serta dengannya?" Jawab Savian dengan senyum smirk.
"Kalian tak punya hati!!" Harsa langsung saja pergi dari hadapan kedua orang tuanya dan pergi ke kamar.
BERSAMBUNG
#kalian follow ya guys, biar tau spoiler dari chapter berikutnya
Yang uda follow makasi yaa
Janlup voment nya yahhh
#BABAYY
SEE YOU LATER
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Wounds [ On Going ]
Teen FictionApa yang kamu rasakan ketika dirimu dituduh tanpa adanya bukti yang kuat? Bahkan kamu sama sekali tidak tahu perihal masalah yang dituduhkan kepadamu. Dia adalah Jayendra dan Sagara, dua anak yang dituduh sebagai pelaku pembunuhan neneknya. ...