🍁33. Pantaskah disebut sebagai orang tua?

188 25 7
                                    

Hai guyss, apa kabar? Semoga baik-baik saja yaa.

Oh ya, akhir-akhir ini postingan aku di tik-tok jarang fyp, bole ga kalo kalian ramein?

Bacanya  pelan aja, biar bisa meresapi.

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

7 Wounds

𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔

"Bang ... kami izin pulang ya." Pamit Sakhy setelah berkali-kali diperintahkan pulang oleh Harsa.

Mereka semua melambaikan tangannya. Perlahan, bahu mereka mengecil yang kemudian mulai tak terlihat di mata Harsa.

Hanya Sagara yang ada di sini. Setelah Harsa memikirkan secara panjang, perlahan ia mulai mengizinkan Sagara untuk tetap berada di sini.

Harsa mendudukkan badannya pada kursi panjang yang ada di lorong rumah sakit. Ia meminta Sagara untuk menempatkan kepalanya pada paha miliknya. Ia rela untuk tidur dengan posisi duduk, yang penting adiknya bisa mendapat tempat tidur yang nyaman.

Namun, Sagara menolaknya. Lebih baik ia tidur di lantai daripada tidur pada pangkuan Abangnya. Rasanya terlalu keterlaluan jika membiarkan sang Abang tidur dengan posisi tidak nyaman seperti itu.

Dan pada akhirnya, mereka berdua perlahan terlelap dalam sebuah dunia alam mimpi. Dengan bermodalkan selembar selimut, mereka berdua dapat tidur dengan nyenyak. Walau sedikit tidak nyaman dengan posisinya.

~◇~

Malam hari, sekitar pukul 24:10, Jendra menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang rumahnya.

Yang membuat mereka heran adalah, mengapa di hari yang sudah sangat malam ini pintu rumahnya masih terbuka lebar? Sedang biasanya, pintu rumah akan tertutup rapat pada pukul 21:00.

Jendra meminta Sakhy, Jefry, dan Naren untuk menunggunya di teras rumah sebelum nantinya mereka akan memasuki rumah tersebut.

Dengan mata yang sudah ingin tertutup sedari tadi, Jefry berusaha semaksimal mungkin untuk menahannya agar tidak tertidur. Di saat kantuknya sudah hampir tak dapat di tahan, ia tak sengaja melihat sebuah botol bir pada tempat sampah di depan teras rumahnya. Itu membuatnya sedikit takut.

Dirinya ingat betul jika Ayah setelah meminum bir, ia akan kehilangan kendalinya dan akan memperlakukan mereka semua bak boneka tak bernyawa. Tak memikirkan bagaimana keadaan anaknya, yang penting dirinya senang.

7 Wounds  [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang