🍁28. Bukti pertama

187 18 0
                                    

Harsa melirik wajah Savian yang penuh dengan aura menakutkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Harsa melirik wajah Savian yang penuh dengan aura menakutkan. Ia lantas menyeret Sakhy untuk ikut bersamanya. Tentu saja itu membuat Savian semakin marah besar.

Berkali-kali ia berteriak hingga terdengar ke seluruh penjuru rumah. Namun, saat ini Harsa sudah benar-benar muak dengan keadaan Ayahnya. Sudah sangat lama ia menahan untuk tidak menampakkan wajah marah kala ada di depan Ayahnya. Namun sekarang, ini sudah sangat keterlaluan.

Harsa berhenti tepat di depan kamarnya. Ia melepaskan tangannya yang sedari tadi menggenggam erat pergelangan tangan Sakhy. Remaja itu berbalik badan dan lantas menepuk halus pundak Sakhy.

“Sakh, bilang ke Gue sekarang. Lo baru di apain sama Ayah? Kenapa kancing baju Lo kebuka?” Tolong yang jujur. Gue gak suka kebohongan.” Ujarnya seraya berjalan ke dalam kamarnya. Remaja itu menyiapkan tempat untuk Sakhy duduk.

Saat ini, napas Sakhy masih belum benar-benar teratur. Akibat kejadian yang baru saja ditimpanya. Itu cukup membuatnya trauma. Walau itu dianggap sebagian orang belum seberapa. Menurut Sakhy itu sudah sangat menjijikkan.

Harsa bangkit dari posisi awalnya. Anak itu berjalan keluar dari kamarnya dan meninggalkan Sakhy begitu saja. Rupanya, Harsa menuju ke arah dapur untuk mengambil segelas air minum untuk Sakhy. Remaja itu celingak-celinguk mencari keberadaan gelas yang selalu ada di atas rak, kini tidak ada di sana.

Berbagai tempat penyimpanan ia buka, namun tetap saja ia tak menemukan satu pun gelas. Akibat ia yang ingin cepat-cepat kembali ke kamar, ia menuju ke gudang untuk mengambil gelas. 

Kini, badannya telah masuk dalam tempat berdebu yang kumuh dan gelap. Tak ada penerangan di sana. Harsa terbatuk karena menghirup debu yang berhamburan di tempat itu. Dirinya menyalakan senter ponsel yang ia genggam. Seketika, ruangan itu menjadi terang, walau hanya sebagian yang terlihat. Matanya seketika tertuju pada sebuah kotak yang ada di bagian atas rak yang ada di ujung ruangan.

Ia berlari mengambil sebuah tangga untuk menggapai gelas tersebut. Tampaknya, tangga tersebut sudah lama tidak digunakan. Tak jarang juga terdapat karat pada setiap bagian tangga tersebut.

Perlahan Harsa menaiki tangga yang baru saja ia ambil. Namun naas, baru saja ia menaiki 4 anak tangga. Kakinya terpleset hingga membuatnya jatuh tersungkur ke bawah. Anak itu meringis kesakitan kala merasakan kakinya yang terkilir.

Remaja itu terus memegangi kaki yang sakit. Setelah di rasa sakitnya mereda, ia kembali mencoba untuk menaiki tangga itu. Dan ... sekarang sebuah kotak berukuran sedang telah ada di tangannya.

Namun, pandangan matanya teralihkan pada sebuah kotak yang ada tepat di samping kotak gelas tersebut. Ia mengambil dan meniup debu yang menyelimuti kotak tersebut. Sepertinya itu adalah kotak tua?

“Kotak apa ini? Sebelumnya, Gue gak pernah lihat kotak ini, loh...” gumamnya heran.

Harsa melihat adanya sebuah kunci yang melekat di atas kotak tersebut atas bantuan tali yang menahannya. Ia segera membuka ikatan tali tersebut dan menancapkan kunci tersebut pada tempatnya. Dan sekarang, kotak tersebut perlahan terbuka.

Harsa menahan air matanya kala melihat sebuah bingkai berisikan foto Nenek Sofia. Di bawah foto tersebut, terdapat semacam kertas berisikan sebuah ucapan maaf. Namun untuk apa?

19 Oktober 2001

Hari ini, tepat aku membuat kesalahan besar sehingga ini membuat masalah yang mungkin sulit untuk diluruskan. Entah apa yang harus aku lakukan setelah ini agar semuanya bisa berjalan lurus kembali.

Akibat insiden bangkrutnya perusahaan bulan lalu, itu membuat diriku dikelabuhi oleh sebuah bayang-bayang keburukan. Tolong maafkan saya, ini hanyalah dampak dari keteledoran saya dalam mengurus perusahaan.

Jika Anda tidak sudi untuk memaafkan saya, saya bisa saja mengorbankan nyawa saya demi menebus semua kesalahan yang saya dan karyawan saya lakukan. Sekali lagi, saya minta maaf.

From Sofia to Zaidan


Degg!!

Jantung Harsa seolah berhenti berdetak. Apa kesalahan yang Nenek perbuat di masa lampau?

Dan Zaidan, dia adalah Ayah dari Shreya. Apakah kematian Sofia atas dasar balas dendam Zaidan kepada Sofia? Atau kematian Sofia murni dari penyakitnya? Pertanyaan itu terus saja terputar dalam pikiran Harsa.

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sedikit dulu ya, Guysss. Besok kita lanjut. Gimana? Udah ngerti sma alur selanjutnya?

Jangan lupa follow saluran aku untuk mengetahui banyak spoiler-spoiler menuju ending yaa

@7 Wounds Squad

Oh ya. Masa kalian cuma baca cerita ini tanpa follow sihh?? Di follow ya guyss. Makasii

Nahh ini akun aku khusus promosi nihh👇🏻

Ig : @runnys_waa
@swanny_niss

Tik-tok : @_niniswa_

See you next time and babayy.

7 Wounds  [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang