Luka 18 💮 [ Terpaksa!! ]

214 20 2
                                    

Halo sayangggg.

Maaf ya kalo udah ngecewain kalian, maaf banget sebesar-besarnya. Aku ngerasa kalo semakin jauh ceritaku semakin amburadul, makasih ya yang udah setia baca cerita ini sampai sekarang. Lopyu sekebon guys.

HAPPY READING DEAR

*
*
*
*

"Terkadang manusia seringkali memamerkan satu hal demi mendapatkan satu pujian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terkadang manusia seringkali memamerkan satu hal demi mendapatkan satu pujian. Entah hal yang yang dibanggakan itu benar atau hanya karangan belaka."

-Laksana Gajendra.

***

Hari telah menunjukkan pukul 12:00, Harsa segera mengajak keenam saudaranya untuk pulang. Daripada lama-lama di Panti Asuhan dan kembali mengukit banyak luka, lebih baik mengajaknya untuk pulang dan memulihkan kembali pikiran yang telah porak-poranda.

Selama perjalanan, Jefry tak henti-hentinya melamun. Rasanya ia seperti ini karena ucapan ibundanya tadi. Sungguh anak yang malang.

"Kenapa, Jef?" Tanya Sagara seraya mengelus lembut helaian rambut Jefry.

"Capek." Sungguh singkat jawaban yang keluar dari mulut Jefry.

Sagara hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Laki-laki itu kembali terdiam bungkam dan tak menanyakan sesuatu kembali terhadap Jefry. Bukannya ia tidak suka atau muak dengan sikap Jefry, namun Sagara lebih memilih untuk diam dan menunggu pikiran sang adik kembali tenang, baru akan ia ajak mengobrol kembali.

Beberapa waktu kemudian, mobilnya telah sampai di depan gerbang berwarna putih. Bi Asri buru-buru menghampiri mereka sembari berlari, dan membukakan gerbang untuk mereka.

Ketika mereka masuk, Harsa mengernyitkan dahinya. Ia heran, mobil siapa yang terparkir di depan rumahnya? Selama ini, ia belum pernah sama sekali melihat mobil tersebut.

Mereka semua segera memasuki rumah, tak lupaa juga mereka semua mengucapkan salam sebelum membuka pintu.

Ketika pintu terbuka sempurna, seketika wajah Jendra berubah menjadi kesal. Entah apa sebabnya?

Rupanya, yang ada di dalam rumahnya adalah rekan kerja Elvi. Inilah momen yang amat di benci oleh Jendra. Di saat harinya dirundung kesedihan, rekan kerja Elvi malah datang. Yang artinya sebuah luka baru akan segera terbentuk.

Di saat Harsa dan kelima saudaranya berbondong-bondong untuk bersalaman dengan rekan kerja Elvi, Jendra diam-diam pergi ke kamarnya di lantai dua. Namun na'as, langkahnya disadari oleh Elvi.

7 Wounds  [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang