🍁37. Mulai Luluh?

140 25 3
                                    

Hai guyss, semoga kalian ga bosen dengan cerita ini yaa. Agak sedikit takut, akhir-akhir ini aku sering banget writers block, huhuu.

Ayoo, mulai baca!!


Spam komentar yaaa










•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika sebelumnya Jayendra berada dalam ruang ICU, saat ini Jayendra telah dipindahkan ke ruang rawat.

Perlahan, pintu ruangan terbuka. Menampakkan sosok Bi Asri yang datang dengan membawa sesuatu di tangan kanannya. Bi Asri tersenyum simpul sebelum ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan Jayendra.

"Bibi?" lirih Jayendra saat melihat seorang Bibi datang mendekatinya. Jayendra sempat berpikir, beberapa hari lalu setelah Jayendra di rawat di rumah sakit. Ia pikir Bibi lama tak mengunjunginya karena di larang oleh Savian dan Elvi. Lantas, apa maksud Bibi datang ke sini? Apa dia tidak di ancam oleh Savian dan Elvi?

"Kamu sakit apa? Kenapa gak pernah cerita sama Bibi?" Ujar Bi Asri memulai percakapan seraya menaruh buah tangan di atas laci.

"Bibi kenapa ke sini? Ga di marahin sama Bunda Ayah?" Ucap Jayendra mengalihkan topik. Ia hanya tidak mau jika percakapan ini akan membawanya untuk menceritakan perihal penyakitnya.

"Kenapa mikir kaya gitu? Justru Bibi ke sini atas perintah dari Bu Elvi, lohh."

Jayendra dan yang lainnya seketika membelalak. Tak percaya dengan ucapan Bi Asri baru saja.

Memangnya iya jika Elvi memerintahkan Bi Asri untuk datang ke sini? Secara, sejak dulu Elvi tidak pernah memerlakukan anaknya sebaik ini. Terutama kepada Jayendra, ia sungguh benci dengan Jayendra.

Jayendra tersenyum simpul. Pikirannya mulai berpikir jika sekarang Elvi mulai insaf. Inilah yang Jayendra inginkan sejak dulu.

Jika perlakuan ini atas dasar hal lain. Maka aku akan tetap berterima kasih kepadamu, Tuhan. Inilah hal yang kudambakan sejak dulu. Terima kasih telah mendengar doaku, Tuhan...

"Ehh, udah, jangan bengong. Ini bibi bawain martabak cokelat." Ujar Bibi memecahkan seluruh fokus anak-anak yang ada dalam ruangan.

"HAHH??! APA??! MARTABAK LAGI??!" Kejut Jendra kala mendengar bahwa bibi baru saja membawakan mereka martabak cokelat.

"Kenapa? Kan ini makanan kesukaan kalian..." ujar bibi tepat di saat Jendra mengakhiri ucapannya. Ia begitu terkejut mendengarkan Jendra yang tiba-tiba berteriak.

7 Wounds  [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang