🍁27. Pulang ke rumah atau ke penjara?

197 16 2
                                    

Hai guyss. Aku kembali.

Di bab ini, mungkin ada hal tidak senonoh yang tidak boleh anda tiru. Mohon bijak dalam memilih bacaan!!

Beri vote sebagai bentuk apresiasi.

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah mobil melaju kencang di tengah macetnya lautan kendaraan. Sudah berkali-kali di peringatkan agar tidak terlalu mengebut, namun itu semua sia-sia di dalam pendengaran Jayendra. Ia tetap kukuh untuk mengebut. Dengan alasan, Gue mau kita semua cepat pulang ke rumah, Gue muak terus kena marah.

Beberapa waktu lalu, sebelum Harsa kembali ke mobil. Jayendra sudah lebih dulu duduk di bangku pengemudi. Sudah sangat lama ia mendambakan untuk mengemudikan mobil saat Naren pulang. Mungkin ada alasan besar yang membuatnya begitu ingin.

Mungkin karena alasan ini. Dia begitu takut akan marahnya Savian dan Elvi jika dirinya dan saudaranya pulang terlalu lama. Sudah ia rasakan, bahwa nanti jika mereka sampai di rumah, pasti mereka akan di marahi dengan satu alasan, terlalu lama di luar rumah.

Harsa, tipikal remaja yang mengemudi dengan santai dan jarang terburu-buru. Ini juga alasan lain Jayendra memilih untuk mengemudikan mobilnya. Jayendra berpikir, jika Harsa yang mengemudikan mobilnya, itu akan membuat mereka semakin lama tiba di rumah.

“Bisa hati-hati atau gak Lo, Jay?!!” Gertak Sagara sudah terlalu mulas akibat Jayendra yang terlalu laju mengemudikan mobil. Mau ada lubang, atau polisi tidur, tetap saja ia mengemudikannya dengan laju.

“Bodo amat, yang penting Lo masih hidup, aman!!” ujarnya datar.

“Jay, pelan-pelan, udah lemes Gue plus perut Gue mules, Jay...” ujar Harsa.

Jayendra tetap saja melaju kencang tanpa mendengarkan keluh kesah saudara-saudaranya. Ia bagaikan manusia yang mempunyai telinga yang tidak berfungsi.

Beberapa waktu kemudian, mereka semua sampai pada perbatasan lampu merah kota Malang. Di sana, banyak sekali para polisi yang menjaga pada pos yang ada di dekat lampu merah.

Jayendra menelan ludah, ia menyadari bahwa sedari tadi ia mengemudi terlalu laju. Sehingga membuat dia ketar-ketir jika nantinya posisi memberi sanksi untuknya. Ditambah lagi, uang sakunya sudah habis tak bersisa. Sebenarnya, tadi uang sakunya masih tersisa RP.20.000.00, namun ia masukkan ke dalam tabungan harian, sehingga di saat ia pulang, ia tak memegang sepeser pun uang.

Lampu merah telah berganti menjadi warna hijau. Yang artinya para pengendara diizinkan kembali untuk melanjutkan perjalanan.

Jayendra menghembuskan napas lega. Rupanya, polisi tidak memergoki perbuatannya tadi.

7 Wounds  [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang