🍁21. Kerja Kelompok

173 24 0
                                    

Halo sayangg

Apa kabar kalian?

Udah vote belum? Kalo bisa vote dulu yaa, sebagai bentuk apresiasi biar penulisnya semakin semangatt.

*
*
*
HAPPY READING DEAR
*
*
*

“Hah? Apa? Saya satu kelompok dengan Naren?” Syakila yang awalnya duduk tegak sempurna, kini spontan beranjak berdiri dengan kedua mata yang membelalak tidak percaya.

Bu Nanda hanya menganggukkan kepalanya.

Melihat Naren yang masih larut dalam mimpi indahnya, Syakila semakin tidak sabar jika nanti dirinya pulang bersama dan satu mobil bersama dengan keenam saudara Naren. Syakila kembali duduk ke posisi awalnya. Perempuan itu membangunkan Naren yang tertidur pulas dengan amat lembut. Syakila berani membangunkan Naren dikarenakan jarum jam hampir menunjukkan waktu pulang.

Dalam sekali tepukan, Naren terbangun dengan kedua mata yang masih melekat dan sulit terbuka.

“Hoammm.” Naren meregangkan tubuhnya.

Dengan sekejap, pandangan Naren perlahan mulai tajam kembali. Naren bersyukur kala melihat Bu Nanda yang tengah sibuk menulis di depan dan tak menyadari bahwa dirinya baru saja tertidur.

Syakila menatap wajah Naren sejenak.

“Apa?” Tanya Naren kala menyadari ada seorang perempuan cantik tengah memandangi dirinya.

“Lo tahu, gak? Kita sekelompok.” Ujarnya di akhiri dengan senyuman yang merekah cantik.

Mendengar itu, Naren spontan ingin sekali tertawa. Memang benar, keduanya memang saling suka, namun tidak ada yang berani mengungkapkan. Keduanya suka dalam keadaan diam tanpa adanya pengungkapan, bahkan walau hanya satu kata.

Kisaran 5 menit kemudian, bel sekolah telah berbunyi tepat pada jam 14:00. Seluruh siswa-siswi SMAN Lintang Permana bergemuruh membaca doa sebelum pulang. Ketika seluruhnya selesai membaca doa, seketika sekolah SMAN Lintang Permana ramai akan anak-anak yang berebut untuk pulang lebih dulu.

~◇~

Syakila dan keenam saudara Naren seluruhnya telah masuk ke dalam mobil.  Di sana, hanya Syakila yang berjenis kelamin perempuan.

Entah mengapa sebabnya, jantung Syakila seketika berdegup kencang. Sungguh, Syakila merasa bahwa hari ini adalah momen terindah sepanjang ia hidup. Di tambah lagi, ia duduk tepat di samping Naren—seseorang yang ia sukai.

Mulut Syakila terus saja teringin mengucapkan sesuatu. Namun, itu semua terhalang malu yang menyelimuti dirinya.

Sagara sempat menoleh ke arah sosok perempuan yang dirasa bahwa dia adalah anak asing. Bagaimana bisa jantung Syakila tidak berdegup kencang kala dirinya dikelilingi oleh tujuh laki-laki dengan paras wajah yang sangat tampan?
“Masih jauh, ya?” Inilah kalimat yang pertama kali keluar dari mulut Syakila sewaktu dirinya berada di dalam mobil. Walau ini semua sangatlah memalukan.

“Gak.” Jawab Sagara singkat.

Buset, nih anak ganteng-ganteng dingin amat?

7 Wounds  [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang