Halo sayang ... udah lama ya kita gak update? Maaf ya.
Kalian tolong pantengin terus cerita ini sampai akhir, aku udah siapin kejutan buat kalian...
~◇~
"Yeyy, selesai." Teriak Syakila kala dirinya dan Naren telah sukses menyelesaikan tugasnya.
"Alhamdulillah..." Tutur Naren menghela napas lega.
Keduanya segera masuk ke dalam rumah untuk beristirahat sejenak dengan alasan tugasnya sudah selesai.
Setelah mereka berdua masuk ke dalam rumah, Naren segera mengambilkan camilan dan minuman sebentar. Lagi-lagi Syakila harus menunggu seorang diri dalam ruangan yang cenderung asing menurutnya.
Sudah hampir 15 menit Naren pergi dengan alasan mengambil camilan. Namun entah mengapa, sampai sekarang Naren tak kunjung kembali. Dikarenakan hari sudah hampir malam, Syakila cukup takut untuk saat ini.
Untuk mengobati rasa takutnya, mata Syakila tiba-tiba ter alihkan ke arah sebuah lemari berisikan barang-barang mewah yang berdiri tepat di hadapannya. Syakila yang tertarik seketika menghampiri lemari itu. Matanya seketika menatap kagum pada satu benda yang paling menonjol pada lemari bagian atas. Itu adalah sebuah patung menaraa eiffel berlapis emas.
Di saat Syakila menatap patung tersebut, dirinya dikejutkan dengan seseorang yang tanpa aba-aba maupun salam membuka pintu dengan kencang. Itu adalah Savian dan Elvi yang baru saja pulang dari meeting. Dapat dilihat dengan jelas dari raut wajahnya bahwa Savian tengah marah besar saat ini.
Syakila yang melihat itu spontan membungkukkan badannya, sebagai tanda hormat kepada seseorang yang lebih tua daripada dirinya. Namun, rasa hormat tersebut tidak ada apa-apanya di mata Savian.
Savian yang merasa bahwa saat ini tengah ada orang asing di rumahnya, seketika mendekati badan Syakila dan menatap intens wajah anak tak berdosa tersebut.
“Siapa kamu? Beraninya kamu masuk ke dalam rumah saya tanpa seizin saya?” Ujar Savian membuat sekujur badan Syakila dengan sekejap bergidik ngeri.
“S-saya teman Naren, Om ... saya datang ke sini untuk bekerja kelompok, maafkan saya jika‐-.” Belum selesai Syakila berkata, sebuah tamparan keras berhasil melayang sempurna pada pipi mulus Syakila.
Dengan sekejap, leher Syakila terasa nyeri serta dada yang terasa sesak. Anak itu tak tahu apa salah yang ia perbuat sehingga dirinya berhasil menerima tamparan kasar dari ayah Naren.
Perempuan itu lantas berjalan keluar sembari memegangi pipinya yang terasa panas akibat tamparan Savian. Baru saja Syakila berjalan dan sampai di depan pintu, seorang laki-laki dengan suara sedikit serak berteriak.
“BERHENTI!!” Itu adalah Harsa, rupanya sedari tadi laki-laki ini berada di kamar mandi, dan ketika dirinya akan kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Dengan tak sengaja dirinya melihat bahwa sang Ayah melakukan hal kasar kepada seorang perempuan tak berdosa.
Harsa menghampiri sang Ayah yang terdiam di tempat, “Ayah kenapa tampar dia? Apa salah dia, Yah?” Ujar Harsa tepat di depan badan Ayahnya.
“Dia gak sopan, beraninya dia masuk rumah Ayah tanpa izin?” Ujar Savian terang-terangan.
“Ayah?! Coba pikir, bagaimana dia bisa masuk ke sini jika tidak ada seorang yang mengajaknya? Itu sudah sama saja dengan dia yang izin kepada Naren, anak ayah.” Tutur Harsa menjelaskan bahwa di sini Syakila tak bersalah.
Dari sini, kita dapat melihat bahwa sosok Harsa adalah seorang laki-laki yang sudah mempunyai sifat dewasa. Dirinya dapat meluruskan segala kesalahan yang tidak benar. Dirinya juga mampu membela seseorang yang tidak bersalah.
Belum ada jawaban dari Savian, ia hanya terdiam di tempat mematung. Harsa menghampiri Syakila yang berhenti di ambang pintu. Harsa lantas menarik lengan Syakila dan mengajaknya untuk masuk ke dalam kamarnya.
Savian yang melihatnya tetap saja terdiam tanpa adanya ungkapan maaf ataupun sebagainya. Dirinya berlagak layaknya manusia yang diciptakan tanpa hati.Sesampainya di kamar Harsa, Syakila dipersilahkan untuk duduk pada sofa yang tersedia di kamarnya.
Syakila hanya mematuhinya dan duduk di sofa tersebut.
“Kil? Lo enggak papa? Maaf, ya ... Lo pertama kali ke sini tapi udah disambut dengan hal yang enggak enak.” Ujar Harsa sembari menundukkan kepalanya.
“Enggak kok, Kak ... Syakila enggak papa, lagian kalo dipikir lagi, ini semua salah Syakila, Syakila lancang udah masuk ke rumah orang tanpa seizin pemiliknya,” ujar Syakila.
“Enggak, Kil ... kan kita udah tahu kalo Lo masuk ke rumah ini, jadi Lo enggak salah,” tutur Harsa.
_◇♡BERSAMBUNG♡◇_
Sudah ya guys, aku update sedikit aja dulu.
Kalian jangan lupa vote dan komen yaa. Makasihh.
Hayoo udah follow akun sosmed aku belum??
Pengen tahu gak kejutannya apa? Tunggu sampai akhir yaaa, love you guyss❤️🔥❤️🔥
See you next time and babayy 👋🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Wounds [ On Going ]
Teen FictionApa yang kamu rasakan ketika dirimu dituduh tanpa adanya bukti yang kuat? Bahkan kamu sama sekali tidak tahu perihal masalah yang dituduhkan kepadamu. Dia adalah Jayendra dan Sagara, dua anak yang dituduh sebagai pelaku pembunuhan neneknya. ...