___
Hujan yang tadi nya lebat kini sudah mulai mereda, tapi tidak dengan tangis gadis itu.
Setelah tadi sempat berdebat dengan rizky kini diri nya hanya seorang diri.
Ia terduduk lemas di pojok rooftop, tatapan nya kosong menatap ke arah depan.
Tubuh nya menggigil kedinginan kondisi nya sangat beranta kan bahkan darah dari hidung nya sudah mulai mengering.
Tubuh itu terdiam tak bergerak bagai raga tak bernyawa.
Deru nafas nya cukup teratur, tapi buliran bening itu tak kunjung berhenti.
Sesekali buliran itu melintas di pipi nya, kala rasa sakit masih tak kunjung hilang dari lubuk nya.
Hingga....
Gadis itu di tarik kedalam sebuah pelukan, renza juga dapat merasakan orang yang memeluk nya itu sedang menangis sesegukan.
Namun gadis itu lebih memilih untuk tidak bergerak.
Tatapan nya masih sama, kosong tanpa makna.
"Za... Lo kenapa...? "
Dhea berucap sesegukan melihat kondisi sang sahabat.
Namun renza masih tak berniat untuk bergerak.
"Please za... Jangan kayak gini... Gw sakit liat nya.... "
"Renza... Lo cewek kuat.. kenapa lo jadi kayak gini.... "
Renza dapat merasakan pelukan Dhea semakin erat memeluk tubuh nya
"Dhe.... "
Suara lirih itu terdengar, tapi posisi renza masih sama seperti sebelum nya.
"Gw cape.... "
"Gw sakit.... "
"Gw gak pantes buat hidup lagi dhe...... "
Mendengar suara lirih renza, Dhea merenggang kan pelukan nya lalu menatap tak percaya pada sahabat nya itu.
"jangan asal ngomong za... "
"Kenapa..? "
"Gak... Pokok nya lo gak boleh ngomong kayak gitu... "
"Kenapa dhe..? "
"Gw masih butuh lo... dan semua orang masih perlu lo... "
Mendengar itu renza hanya terkekeh pilu, tak ada jawaban lagi dari gadis itu.
Ia masih diam menatap lurus ke arah depan hingga...
"Gw cape... "
"Gw butuh kasih sayang... Tapi gak ada yang sayang sama gw.. "
Ambyar sudah hati Dhea ketika mendengar suara ucapan dan kalimat gadis itu.
Namun...
"Renza..! "
Ketika mendengar seseorang menderukan nama nya, renza perlahan menoleh.
Lalu tersenyum kala sudah melihat wajah seseorang yang saat ini sangat ia rindu kan.
"Apa kabar...? "
Sapa gadis itu, senyuman getir yang tak kunjung luntur kala melihat wajah tampan pria itu.
Pria itu berjalan lalu memerintah kan dhea untuk berpindah.
Agar ia bisa berbicara dengan gadis itu.
Pria itu berjongkok lalu membelai lembut pipi renza, ntah mengapa rasa marah dan kesal nya berubah menjadi perasaan iba.
Ini perdana bagi cakra untuk melihat sisi putus asa dari kekasih nya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑵𝒐𝒏𝒂 𝒒𝒖𝒆𝒆𝒏[END]
Ficção Adolescente𝑱𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒂𝒌𝒖 𝒄𝒊𝒏𝒕𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒈𝒖𝒏𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒖𝒏𝒕𝒂𝒔 𝒋𝒂𝒏𝒋𝒊 𝑲𝒂𝒓𝒏𝒂 𝒄𝒊𝒏𝒕𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒎𝒂 𝒊𝒏𝒊 𝒌𝒂𝒖 𝒖𝒄𝒂𝒑 𝒌𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒄𝒊𝒏𝒕𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒅𝒂𝒔𝒂𝒓𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒏...