46

7 1 0
                                    

Masih dengan kesedihan di hatinya, gadis itu melangkah masuk ke dalam perkarangan rumahnya.

Perlahan ia dorong pintu besar itu, namun ia menghentikan langkahnya ketika ia mendengar sesuatu.

Dan membuat gadis itu lebih memilih diam di tempat.

"Gw akui.. Tu cowok emang kuat... "

"Kita udah berapa kali nyerang dia.. Tapi cuma bisa buat di masuk rumah sakit aja... "

Suara berat itu terdengar jelas di telinga renza.

Membuat perasaan renza mulai kalang kabut mendengarnya.

"Gw bener bener pengen abisin tu cowok... Gw gak rela adek gw berubah cuma gara gara dia.. "

"Apalagi... Sekarang renza sering keluar diam diam cuma buat ketemuan sama tu cowok... "

Renza sangat mengenal suara ini, suara yang sedari kecil selalu ia dengar.

"Kita ubah rencana.. Kali ini kita harus benar benar ngebuat dia mati.."

Terdengar bahwa zefri menimpali ucapan tersebut.

"Atau perlu kita kirim anggota dari London.. Buat nyerang mereka semua.. "

Rasya terdengar ikut bersuara, membuat renza membatu di tempat.

"Mau gimana pun caranya.. Cakra harus mati di tangan gw.. Karna gw gak mau.. Dia bener bener ngerebut anin dari gw.. "

Dan...

𝘽𝙧𝙖𝙖𝙠!!

Pintu itu terbuka dengan sangat kuat, membuat beberapa pria yang ada di ruang tamu itu sontak menoleh secara bersamaan.

"Brengsek lo semua!!.. "

Gadis itu menyertak marah kepada empat pria yang ada di sana.

"Ternyata selama ini lo berempat yang udah buat cakra sampe kayak gitu...! "

Keempatnya hanya terdiam, mereka hanya melontarkan tatapan datar pada gadis yang sudah di balut emosi.

Renza menatap satu persatu dari ke empat pria itu.

Lalu tatapannya berhenti pada sang pemilik suara yang terakhir kali ia dengar.

Kedua netra itu mengadu pandang, tatapan tenang milik alam melawan sorot emosi dari renza.

"Lo.... "

"Berani lo semua apa apain cakra.. Liat aja.. Gw gak bakal pernah anggap lo semua ada... ! "

Gadis itu menyertak marah, tangan tangannya kini terasa panas dingin.

Mendengar kata ancaman dari adik kecil nya, tak membuat zefri takut sedikit pun.

Pria itu malah tersenyum miring sembari menatap remeh kearah adik bungsu nya.

Pria itu berdiri, lalu berjalan mendekati sang adik.

Lalu...

"Bagus... Kalo lo udah tau semuanya... Seharusnya ini semua ngebuat lo sadar ren... Cakra dalam bahaya itu semua karna keegoisan lo.... "

"Dan.. Sekarang lo udah bisa milih masalah pertunangan ini ren... .. Tolak atau Terima... "

Pria itu sedikit menundukkan badan nya untuk menyetarakan tinggi sang adik.

"Terima.. Dia bakal baik baik aja.. "

"Atau tolak.... Lalu tunggu kapan tanggal kematiannya.. "

Zefri lalu mengacak-acak puncak kepala gadis itu di sertai senyum meremehkan nya.

𝑵𝒐𝒏𝒂 𝒒𝒖𝒆𝒆𝒏[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang