04

221 22 2
                                    

Rafka keluar dari kamar mandi sambil mengusap-usap rambutnya yang basah dengan handuknya. Dia hanya mengenakan celana pendek selututnya, lalu dia berjalan ke arah meja belajar dan mengambil handphonenya yang berada di atas meja.

8 panggilan tidak terjawab dari Karel

"Karel?" ucap Rafka bertanya-tanya karena saat membuka handphonenya tertera nama Karel yang memanggilnya sampai 8 kali. Dia pun memanggil kembali sahabatnya itu.

"Halo." sapa Karel diseberang sana.

"Ada apa?" tanya Rafka to the point karena dia tidak suka bertele-tele.

"Cepat datang ke markas sekarang! Ada musibah." ucap Karel dengan suara yang terdengar khawatir dan juga marah.

Rafka menatap ke depan dengan tatapan yang menusuk. "Otw." jawabnya lalu langsung bergegas memakai bajunya dan pergi ke markas yang dimaksud oleh Karel.

"Rafka mau kemana?" tanya Alisa sang mama kala melihat Rafka turun dari tangga dengan terburu-buru.

"Keluar sebentar, Ma." jawab Rafka sambil bersalam pada sang mama dan juga sang papa yang sedang menonton tv.

"Jangan malam-malam! Dan juga hati-hati!" peringat Alisa dengan tegas.

"Iya, Ma." jawab Rafka lalu pergi keluar rumah meninggalkan kedua orangtuanya.

Dia pun menaiki motornya dan menyalakannya lalu pergi meninggalkan halaman rumahnya menuju markas.

Dilain tempat terdapat seseorang bermasker hitam dan juga bertopi memasuki sebuah gedung tua. Dia berjalan dengan sangat cepat agar tidak ada orang yang dapat melihatnya. Dia pun membuka pintu rahasia yang berada di gedung tua tersebut dengan tingkah yang sangat mencurigakan.

"Bos, saya sudah melaksanakan semua perintah bos." ucap seseorang itu setelah berada di ruangan rahasia tersebut.

"Bagus." ucap orang misterius itu sambil tersenyum miring, "Sekarang kamu bisa mengambil uangnya di meja." lanjutnya sambil menghisap rokok yang berada di tangannya.

"Baik, bos." jawab orang bermasker hitam dan bertopi itu seraya berjalan ke arah meja yang dibelakangi oleh orang misterius tersebut lalu mengambil koper yang berisi uang.

"Saya boleh pamit bos?" tanya orang bermasker hitam dan bertopi itu sambil menggendong kopernya.

"Hmm."

Orang bermasker hitam dan bertopi itu pun pergi meninggalkan ruangan orang misterius.

"Selamat mendekati kehancuranmu tuan Rafka." ucap orang misterius itu dengan smirk yang menyeramkan.

Rafka turun dari motornya setelah memarkir motornya didepan markas. Dia pun langsung masuk ke dalam markas dengan terburu-buru.

"KAREL!" teriak Rafka dengan lantang.

"Raf.." ucap Karel ketika melihat Rafka sudah datang.

"Ada apa hmm?" tanya Rafka penasaran dan juga khawatir ketika melihat muka sahabatnya yang murung.

"Ada yang ngehancurin ruang rahasia kita dan orang itu juga udah nyerang Azka." jelas Karel sambil menatap Rafka dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan.

"Shit!"

"Sekarang Azka dimana?" tanya Rafka dengan nada yang khawatir tapi wajah tetap datar.

"Di rumah sakit sama Radit dan juga yang lain, tinggal gue sendirian disini." jawab Karel jujur.

Rafka mengepalkan kedua tangannya sampai urat-urat yang ada di rahangnya terlihat jelas.

"Gue harus cari orang itu! Ini gak bisa dibiarin gitu aja Rel." ucap Rafka dengan emosi yang sudah tidak tertahan.

Evil Beside AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang