30

152 16 9
                                    

Suara hujan terdengar semakin deras, begitu juga dengan petir yang terus menyambar. Sehingga membuat sosok perempuan dalam pelukan Rafka menjerit ketakutan.

"AAAA, RAFKAA GUE TAKUT!"

Aghata semakin mempererat pelukannya kala mendengar suara petir yang menyambar. Sedangkan Rafka langsung menutupi telinga Aghata agar sang empu tidak mendengar lagi suara petir.

"Iya, lo tenang ya! Gue ada disini," ucap Rafka menenangkan Aghata.

"Lo tunggu disini sebentar ya," lanjutnya meminta Aghata untuk menunggunya sebentar.

"Gak mau! Lo mau kemana sih?" tolak Aghata semakin erat pelukannya.

"Gue mau ambil senter dulu, emang lo mau nunggu sampai lampunya hidup?" jawab Rafka tanpa melepaskan Aghata dari pelukannya.

"Sebentar aja, hm." bujuknya supaya Aghata menurut.

"Tapi jangan lama-lama! Gue takut," dengan berat hati Aghata menuruti permintaan Rafka. Lalu dia melepaskan dirinya dari pelukan Rafka.

"Lo duduk disini aja dulu," saran Rafka seraya menuntun Aghata untuk duduk di kursi meja makan tadi.

"Jangan lama-lama Raf!" mohon Aghata dengan suara sedikit bergetar.

"Iya."

Rafka pun berjalan kearah dapur untuk mencari senter yang seingatnya ada di dapur. Dan benar saja dugaannya, senter yang dia cari benaran ada di dapur.

"Ketemu."

Setelah mengambil senter tersebut, dia pun menyalakannya lalu dia pergi ke tempat Aghata yang sedang ketakutan.

Aghata yang melihat sinar senter pun langsung berdiri dan berlari kearah Rafka serta langsung menggandeng lengan Rafka.

"Rafka, takut!" ucap Aghata ketika sudah berdiri disamping Rafka sambil menggandeng lengan Rafka.

"Udah terang gini masih aja takut," balas Rafka.

Sedangkan Aghata yang mendengar perkataan Rafka barusan hanya meliriknya sinis. Lalu Rafka ingin berjalan ke ruang tamu, namun Aghata menghentikan langkahnya.

"Mau kemana?" tanya Aghata.

"Keruang tamu, emang lo mau berdiri terus kayak gini?"

Aghata menggelengkan kepalanya, "Nggak."

"Yaudah, gak usah banyak tanya. Ikuti aja gue!"

Lagi-lagi Aghata dibuat kesal dengan perkataan Rafka. Namun, dia hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar.

Mereka berdua pun berjalan ke ruang tamu dengan menyenteri depan agar kelihatan jalannya. Akhirnya mereka sudah berada diruang tamu, Rafka pun duduk di sofa ruang tamu diikuti Aghata yang masih menempeli Rafka.

"Lo ngapain nempel-nempel sih? Gue gak bakalan kemana-mana Aghata!" ucap Rafka sedikit kesal.

"Yaudah sih, gue kan takut!" cibir Aghata.

Tiba-tiba lampu menyala, membuat Aghata senang. "Akhh, akhirnya hidup juga nih lampu," ucapnya tersenyum manis.

Rafka yang melihat senyum manis Aghata pun juga ikut tersenyum. "Manis," pujinya dalam hati.

Saat sedang asik menatap senyuman manis Aghata, tiba-tiba sebuah notif masuk dalam ponsel Rafka. Membuat Aghata menatap kearah Rafka.

Rafka mengambil telponnya yang berada disaku celananya, lalu dia mengecek siapa pengirim pesan tersebut.

"Siapa Raf?" tanya Aghata penasaran.

"Mama," jawab Rafka seraya memasukkan kembali ponselnya kedalam saku celananya.

Evil Beside AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang