36

225 19 2
                                    

Disebuah rumah minimalis, hiduplah satu cewek judes dan sedikit tomboy. Dirumah itu dia tinggal bersama ayah dan ibu angkatnya, sejak kecil dia diasuh oleh mereka. Jadi, dia tidak pernah merasakan kasih sayang dari orang tuanya langsung. Namun, dia tetap bersyukur bisa mendapatkan penggantinya itu dari ayah dan ibu angkatnya. Karena menurutnya kasih sayang yang dikasih oleh ayah dan ibu angkatnya itu juga setara dengan kasih sayang yang diberikan oleh orang tua lainnya.

Dia adalah Anggi Thalia Veronica kerap disapa Thalia. Dia mengetahui kebenaran bahwa ayah dan ibu angkatnya itu bukanlah orang tua kandungnya sejak dia berada di bangku SMP, saat dia berumur 14 tahun. Dia marah plus kecewa saat mengetahui kebenaran tersebut. Namun, dia tidak bisa apa-apa. Dia hanya bisa menangis dan menangis. Sejak saat itulah sifatnya berubah menjadi dingin dan tidak mudah ditebak. Lalu saat memasuki bangku SMA dia bertemu dengan Nara yang sangat baik terhadapnya, yang mau berteman dengannya. Meskipun dirinya sangat cuek waktu itu.

Selama masuk SMA, Thalia berusaha mencari orang tua kandungnya. Namun, dia selalu gagal. Tapi dia tidak pantang menyerah, dia terus berusaha mencari orang tua aslinya sampai ketemu.

Kini Thalia sedang duduk di meja belajarnya sambil menatap sebuah foto anak kecil cewek dan cowok yang sedang berpose ria disertai tawa bahagia yang terpancar di wajah mereka berdua.

"Seandainya dulu gue bisa foto bareng sama kalian." harapnya seraya menatap sedih pada foto tersebut.

Saat sedang larut melamun, tiba-tiba ponselnya berdering. Membuat dia mengalihkan pandangannya pada ponselnya. Dan nama Nara tertera di ponselnya membuat Thalia mengerutkan keningnya.

"Nara, ngapain dia nelpon gue malam-malam begini?"

Tanpa banyak berpikir dia langsung mengangkat telpon Nara.

"Halo, ada apaan Nar?" tanya Thalia to the point.

"Thal, keluar yuk! Gue bosen dirumah nih, tadi gue telpon Aghata gak diangkat-angkat. Yaudah gue telpon lo deh," balas Nara di seberang sana.

"Keluar kemana?" tanya Thalia lagi.

"Eum, gimana kalau ke cafe? Cafe yang biasa kita datengin," saran Nara.

"Oke, gue otw ke rumah lo sekarang!" ucap Thalia.

"Oke, sayangnya akohh!" balas Nara lebay.

"Gak usah lebay!" kata Thalia lalu mematikan sambungannya sepihak.

Setelah itu, Thalia meletakkan kembali foto tadi kedalam buku diary nya. Lalu dia mengambil kunci mobilnya dan pergi keluar dari kamarnya menuju ke rumah Nara.

Ditempat lain, Aghata dan Rafka masih duduk manis di cafe. Mereka sedang memakan makanannya yang sudah datang dari tadi, seraya mengobrol bagaimana cara menggagalkan rencana Stevi dan Laskar.

Sedangkan Laskar dan Stevi masih juga berada di cafe tersebut dengan muka yang ditekuk. Karena melihat kemesraan Rafka dan Aghata di pojok cafe.

"Kita pergi aja yuk dari sini, muak gue ngeliatinnya." ucap Stevi melirik sinis kearah Aghata dan Rafka.

"Gue juga muak!" sahut Laskar seraya berdiri dari duduknya dan berjalan keluar cafe dengan ekspresi marah. Begitu juga dengan Stevi, dia berdiri dari duduknya lalu berjalan keluar cafe menyusul Laskar.

Sedangkan Aghata dan Rafka yang melihatnya pun langsung tertawa puas.

"Dia muak ngeliat kita katanya," ucap Rafka sambil tertawa puas.

"Iyakah?" sahut Aghata tak percaya.

"Hm."

"Lo pikir, lo bisa dapetin Aghata Kar? Never!" batin Rafka tersenyum miring.

Evil Beside AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang