16

149 12 3
                                    

"ARGHHH."

Semua benda bersepahan dilantai, sehingga membuat ruangan tersebut menjadi berantakan. "Kok bisa gagal sih." ucap orang misterius bertopeng.

Tidak lama kemudian, anak buahnya datang dengan keadaan luka-luka. "Bos." panggil salah satu anak buah dari orang misterius bertopeng itu.

Orang misterius bertopeng itu langsung membalikkan badannya. "KALIAN SEMUA GAK BECUS! BISA-BISANYA KALAH SAMA MEREKA, PADAHAL MEREKA CUMAN BERTIGA. KENAPA BISA KALAH? HAH!" teriaknya marah membuat semua anak buahnya ketakutan.

"Ma-af, bos. Mereka terlalu kuat bos buat dilawan." jawab salah satu anak buahnya.

"Alasan! Bukan mereka yang terlalu kuat, tapi kalian aja yang lemah!" balas orang misterius bertopeng itu, "Sekarang kalian keluar dari ruangan gue! CEPAT!" lanjutnya menyuruh anak buahnya untuk keluar dari ruangannya.

"Baik, bos."

Mereka pun langsung keluar dari ruangan yang sudah berantakan itu.

"Gue gak bakal nyerah gitu aja, Raf. Mungkin sekarang gue emang gagal buat bikin lo hancur bahkan mati. Tapi, suatu hari nanti gue yakin bisa buat lo hancur bahkan mati sekalipun." monolog orang misterius bertopeng itu seraya tersenyum licik dibalik topengnya.

Kini Aghata sedang berada di markas The Halcón, markasnya Rafka dan teman-temannya. Rafka terpaksa membawa Aghata kesini itu karena Rafka mau tanggung jawab sama Aghata yang kini sedang tidak sadarkan diri karena pukulan yang sangat keras dari orang jahat tadi. Jika dia membawa Aghata kerumah, pasti mamanya akan menggodanya. Rafka tidak mau itu terjadi, dan jika dia bawa ke rumah sakit, akan mengeluarkan banyak biaya. Rafka malas jika duitnya habis hanya karena nolongin cewek gak jelas seperti Aghata.

Rafka membaringkan Aghata dikamarnya yang berada diujung dalam markas tersebut. Dia membiarkan Aghata terbaring sendiri dikamarnya itu.

"Uhhh."

Aghata terbangun dari pingsannya sambil memegang punggungnya yang sangat sakit itu. "Aww, gue lagi dimana sekarang?" ucapnya sambil melihat sekeliling kamar tersebut.

"Ini, ini kayak kamarnya cowok." lanjutnya masih memegang punggungnya.

Saat sedang melihat ke sekeliling kamar itu, mata Aghata tidak sengaja menangkap objek yang sangat familiar. "Itu, itu bukannya bandananya bang Gilang?" ucapnya bertanya-tanya, "Tapi, kok bisa ada disini?" lanjutnya.

Aghata masih kebingungan dan juga penasaran ketika melihat sebuah bandana berwarna dongker yang sangat ia kenal. Dan saat sedang fokus mengamati bandana tersebut, tiba-tiba pintu kamar itu terbuka membuat Aghata kaget dan langsung melihat kearah pintu tersebut.

"Udah bangun lo?"

"Rafka."

Rafka berjalan mendekat kearah Aghata setelah menutup pintunya. "Iya, gue. Kenapa emang?" ucapnya setelah duduk didepan Aghata.

"Kok Rafka bisa ada disini?" tanya Aghata dalam hatinya sambil menatap Rafka.

"Kok bengong?" ucap Rafka bingung ketika melihat Aghata bengong sambil menatapnya, dia pun langsung melambai-lambaikan tangannya didepan wajah Aghata. "Hey, cewek gak jelas." ucapnya sambil melambai-lambaikan tangannya.

Aghata langsung tersadar kala Rafka melambai-lambaikan tangannya didepan wajahnya. "Kok lo bisa ada disini?" tanyanya penasaran.

"Ini markas gue," jawab Rafka datar.

Aghata mengangkat alisnya. "Markas? Lo punya markas?" tanyanya semakin penasaran.

"Hmm."

"Berarti lo punya geng dong." ucap Aghata menebak.

Evil Beside AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang