17

275 24 5
                                        

"Turunnya hujan memberikanku kebahagiaan sekaligus rasa sakit saat mengingat kembali kenangan yang dulu." - Aghata

***

Karel dan Radit memarkirkan motornya didepan markas The Halcón. Kemudian mereka berdua masuk kedalam markas tersebut.

Ketika mereka berdua masuk kedalam, tidak ada seorang pun didalam markas tersebut. Sehingga membuat Karel dan Radit kebingungan. Sebab, mereka berencana kumpul di markas untuk membicarakan suatu hal.

"Lah, Rel kok sepi." ucap Radit seraya mencari-cari keberadaan teman-temannya.

"Iya, ya kok sepi sih. Bukannya kita udah janji kumpul disini ya?" jawab Karel bingung.

Tiba-tiba Rafka datang menghampiri mereka berdua. "Kalian berdua lama banget." ucapnya sambil duduk di kursi yang tersedia di ruang depan markas tersebut.

"Eh, Raf yang lain pada kemana? Kok sepi." tanya Karel yang juga ikut duduk disebelah Rafka begitu pun dengan Radit yang ikut duduk disamping Karel.

"Ada dibelakang, lagi main catur," jawab Rafka santai.

"Ooh,"

"Gue mau tanya sama kalian." ucap Rafka serius membuat kedua temannya menatapnya penasaran.

"Tanya apaan Raf?" tanya balik Radit.

"Kalian ada yang kenal gak sama orang-orang gak jelas tadi?" tanya Rafka masih dengan wajah yang serius.

Karel dan Radit menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tidak tau.

"Gak tau,"

"Gue juga gak tau, Raf. Kenapa emangnya?" ucap Karel bertanya balik.

"Gak papa, gue cuman penasaran kenapa mereka serang kita." jawab Rafka lalu menyandarkan punggungnya ke belakang.

"Apa mungkin mereka suruhannya Damar?" tebak Radit.

"Gak mungkin deh kayaknya, soalnya gue kenal banget sama anak buah si Damar itu." ucap Karel tidak yakin dengan tebakan Radit, "Kok lo yakin banget sih kalau itu bukan suruhannya Damar? Bisa jadi juga itu suruhannya Damar yang baru. Lo kan tau musuh kita tuh cuman The Dangers gengnya Damar." balas Radit panjang lebar yang menimbulkan perdebatan.

"Ya gak mungkin njirr si Damar cari orang baru buat serang kita. Kalau iya dia cari orang baru pasti si Agra ikut andil." ucap Karel masih kekeh dengan ucapannya.

"Lo kenapa jadi belain si Damar dah." tuduh Radit membuat Karel menatapnya tajam.

"Apaan sih lo Dit, gue gak ada unsur belain si Damar ya anjing!" marah Karel.

"Lah, itu tadi buktinya. Lo selalu bilang kalau bukan The Dangers yang serang kita tadi," ucap Radit tidak mau kalah.

"Terus kalau gue bilang bukan The Dangers yang serang kita tadi itu udah dibilang membela? Iya?" balas Karel menatap Radit kesal.

"Iyalah."

"Gak jelas lo Dit."

"Lo yang gak jelas."

Evil Beside AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang