05

215 21 8
                                    

Rafka mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, tidak peduli dengan umpatan orang-orang dijalan. Dia marah! Sangat marah dengan orang yang udah hancurin ruang rahasianya dan juga udah melukai sahabatnya.

Rafka memarkirkan motornya di depan gedung tua yang biasa dia datengin saat sedang sedih. Dia memasuki gedung itu menuju rooftop. Sesampainya dia di sana, dia langsung memukul benda-benda yang berada disekitarnya untuk meluapkan emosinya yang sudah berada diujung.

"AAAKHHH"

BRUKKK
BRAKKK

Rafka menatap ke depan dengan tatapan yang sangat tajam seperti elang. "Gak bakal gue biarin orang itu lolos begitu saja." monolognya seraya mengepalkan kedua tangannya, "Dia harus bayar semua perbuatannya ini." lanjutnya penuh dendam.

Setelah itu Rafka duduk di bangku belakangnya lalu mengeluarkan seputung rokok dan menyalakan korek pada ujung rokoknya itu.

Dia menatap langit malam yang ditaburi oleh bintang-bintang yang membuatnya sedikit tenang. Kebiasaan Rafka kalau sedang marah yaitu akan menyendiri untuk meredakan emosinya biar tidak melukai orang lain. Dia trauma jika berdekatan dengan orang lain saat marah, karena dulu pernah kejadian yang membuatnya sangat menyesal dan merasa bersalah.

"Seandainya waktu itu gue gak berulah, pasti lo masih ada disini kan." monolog Rafka seraya menatap langit malam dengan seputung rokok di tangannya.

***

Aghata memasuki kelas dengan wajah yang bahagia. Dia langsung menuju ke tempat duduknya kala melihat kedua temannya sudah berada di kelas.

"Hai, Thal, Ra." sapa Aghata sambil duduk di samping Thalia yang merupakan tempat duduknya.

"Hai, Ta." balas Thalia sambil tersenyum manis pada Aghata.

"Hai, calon pacarnya Rafka." balas Nara di luar nalar membuat Aghata melotot kaget.

Dari jauh terdapat seseorang yang menatap Aghata dengan wajah yang sangat sulit untuk di jelaskan.

"Heh, gila lo ya." ucap Aghata kesal karena ucapan Nara yang sangat ceplas-ceplos.

"Kan emang bener Ta, apanya yang salah coba?" balas Nara dengan wajah watadosnya membuat Aghata memutar matanya malas.

"Ta." panggil Thalia.

"Hm."

"Lo harus hati-hati!" peringat Thalia dengan serius.

Aghata menatap bingung. "Hati-hati? Dalam konteks apaan?" tanyanya penasaran dan juga bingung.

"Hati-hati kalau mau ngedeketin Rafka." jawab Thalia dengan jelas.

"Kenapa emangnya?" tanya Aghata masih belum puas penasarannya.

"Gue dengar-dengar sih kalau Rafka itu seorang ketua geng di luar sekolah." jawab Thalia mulai menggosip membuat Nara memajukan kursinya agar mendengar lebih jelas ucapan Thalia.

"Ketua geng?" ucap Aghata masih bertanya-tanya.

"Iya, Ta. Dulu ada satu berita yang sempat viral tentang Rafka yang membunuh seseorang tapi gak tau kenapa berita itu mulai hilang begitu saja, padahal kasusnya belum selesai." jelas Thalia dengan wajah serius.

Aghata menatap Thalia dengan tatapan yang sulit untuk di tebak. "Apa mungkin orang yang dibunuh sama Rafka itu bang Mannaf?" batin Aghata mengira-ngira.

Evil Beside AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang