21. And yes i'm blaming you

759 29 12
                                    

Maaf untuk typo

Happy reading!



















Dua minggu semenjak Radja demam. Kini Radja sudah beraktivitas seperti biasanya. Walaupun penyakit gila kerja nya sering kambuh.

Arisha pusing melihatnya. Radja terlalu fokus dengan pekerjaan nya sampai melupakan istrinya yang tengah hamil.

"Mas, aku izin ke mini market depan ya. Gak lama kok. Janji." Ucap Arisha. Radja hanya mengangguk dan kembali fokus pada pekerjaan nya.

Arisha menghela nafas dan pergi meninggalkan Radja.







••

"Kamu udah empat bulan. Bunda gasabar lihat kamu lahir. Pasti kamu mirip ayah kamu." Arisha berbicara kepada perutnya sambari mengusapnya pelan dan juga seraya memilih-milih beberapa stok belanjaan yang sudah hampir habis.

"Kamu pengen seblak nggak nak? Bunda kok pengen ya? Nanti minta ayah kamu masakin, okay" Seakan bayi didalam perutnya itu paham, Arisha tersenyum saat berbicara dengan calon bayi nya.

"Tapi ayah kamu tidak suka bunda makan yang pedas-pedas. Ayah kamu kadang posesif banget. Bunda kadang jadi greget."

Beberapa orang yang melihat ikut tersenyum melihat Arisha yang tengah berbicara dengan perutnya yang sudah membuncit itu.

Setelah selesai memilih-milih barang apa yang akan dia beli lalu memasukan nya kedalam keranjang. Arisha berniat untuk menghitung belanjaan nya dikasir.

Namun ketika sedang antre didepan Arisha berdiri seorang laki-laki yang sangat Arisha hafal. Namun Arisha enggan memanggil nya. Sampai pada akhirnya laki-laki itu sadar Arisha dibelakang dan terbitlah seulas senyuman.

"Arisha, belanja juga." Arisha menghela nafas dan berdahem pelan.

"Dimanas suami mu? Kamu nggak dipedulikan ya?"

"Aku nggak mau debat disini ya, Zean. Daripada basa-basi nggak jelas mending kamu diam! Aku malas bicara dengan mu." Zean, laki-laki itu terkekeh. Arisha sangat menggemaskan dimata nya saat sedang marah.

"Kamu tetap lucu ya. Jadi ingat dulu waktu kamu marah aku bujuk pake es krim. Sekarang gitu juga nggak? Aku tahu Radja nggak seromantis aku. Dia lebih pilih pekerjaan nya daripada kamu, iyakan?"

Arisha diam. Memang benar apa yang dikatakan Zean.

Kalau Arisha pikir kembali Zean memang jauh lebih, lebih daripada Radja. Zean itu tampan, dia perhatian, peka, dan juga inisiatif, intinya semua diborong sama Zean. Tapi karena harus dijodohkan dengan Radja, hubungan mereka harus kandas.

"Kok diam Arisha? Benar ya?"

Sifat Zean yang sangat Arisha hafal. Zean jika tidak suka pada seseorang dia akan menunjukkan nya secara terang-terangan.

"Sudahlah, tidak guna juga. Oh, ada hal yang ingin aku beritahukan padamu."

"Apa?" Barulah Arisha menyahut.

"Aku antarkan pulang dan kamu akan tahu. "

••

"Apa? Cepat beritahu aku!" Geram Arisha karena sadari tadi Zean hanya menjelekkan Radja didepan nya.

Zean terkekeh dan dengan berani nya mengusap puncak kepala Arisha.

"Sialan!" Maki Arisha lalu menepis kasar tangan Zean.

"Kasihan anak yang ada didalam kandungan mu ini. Dia pasti malu kalau dia tahu ayahnya itu cacat."

"Seharusnya kamu menikah dengan ku, Arisha."

My P̶̶e̶̶r̶̶f̶̶e̶̶c̶̶t Mute HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang