CHAPTER 17

452 55 9
                                    

"Berjanjilah kau akan bahagia Aitnhe, maafkan aku jika tak bisa bersama kalian."

"Apa harus dengan cara seperti ini? Ryu kita akan mencarimu, di saat terbangun nanti."

"Ryu kita akan baik-baik saja. Ia bersamamu, selama kau tidak meninggalkannya Aitnhe."

"Aku tidak yakin akan bertahan tanpamu."

"Ryu kita dalam bahaya jika terus bersamaku Aitnhe, bisakah kau mengerti itu? Kita tidak memiliki ikatan apa pun, hanya Ryu yang menjadi ikatan di antara kita, sepertinya kita tidak bisa lebih lama lagi hidup dalam pelarian."

"Bukankah kita akan menikah?"

"Maka kita tidak akan memiliki Ryu lagi. Mereka akan mengambil Ryu jika kita memaksa untuk menikah."

"Mengapa semua jadi seperti ini? Apa yang salah dengan perasaan kita?"

"Aku mohon jangan menangis. Kau akan bahagia meski tak bersamaku, Ryu akan bahagia meski tak bersamaku, pergilah!"

"Tidak ...."

"Aku mohon. Pergilah, bawah Ryu dari sini," ucap seorang pria sebelum memeluk dan mengecup pucuk kepala seorang anak kecil yang malam itu ternyata tidak tidur. 

Anak itu hanya terdiam di dalam gendongan ibunya yang terisak. Bahkan di usia 7 tahun pun sudah membuatnya mengerti jika ayah dan ibunya akan berpisah. Jika sang ayah tak menginginkan mereka, dan mengusir mereka pergi. Itulah yang ada di dalam pikiran seorang Ryu Dante saat itu.

Kalimat demi kalimat kembali tergiang di dalam kepala Ryu yang langsung terbangun. Mengamati sekeliling ruangan bercat putih, dengan aroma obat-obatan yang tercium di sana. Seperti dugaannya, Mark benar-benar membawanya di rumah sakit, ia bahkan bisa melihat Sami yang tengah berdiri di samping tempat tidur, menatap dengan penuh kekhawatiran.

"Kau sudah bangun?"

"Yah, dan aku rasa akan tidur lagi," jawab Ryu kembali memejam.

"Baiklah, aku akan berbaring di sampingmu untuk aku menemanimu," balas Sami yang membuat Ryu seketika membuka mata.

"Kau gila?"

"Yah, karenamu," angguk Sami memeriksa kondisi Ryu, mulai dari detak nadi, juga luka di kepalanya. Hingga pandangannya tiba-tiba tertuju pada satu nama saat membuka piyama Ryu untuk menempelkan stetoskop di dada pria itu.

"Pew?" tanya Sami mengernyit.

Ia mengingat semua gambar yang ada di tubuh bagaian atas Ryu. Namun, ia tidak pernah melihat ada nama di sana, meskipun itu nama ibunya sendiri. Lalu mengapa malam ini nama itu tiba-tiba ada di sana? Setelah beberapa jam lalu usai memeriksa kondisi Ryu di rumah juga ia tak melihat ada nama itu. Dan mengapa ia merasa jika nama itu tak asing, apa hanya perasaannya saja?

"Siapa dia?" tanya Sami melanjutkan pemeriksaan, mengabaikan hatinya yang kembali gelisah.

"Apa kau harus tahu?"

"Tentu saja!"

"Why? "

"Because you are the man I want to have," jawab Sami menatap Ryu dalam.

"Kau tidak bisa memiliki diriku, Sami."

"Why?"

"Karena aku bukan milik siapa pun!" balas Ryu membalas tatapan Sami.

"Lalu, nama ini? Siapa dia?" tanya Sami. 

Tak menjawab, Ryu hanya terdiam dengan satu tarikan napas kuat dan dalam, memang apa yang harus ia katakan, sedang pria itu bukanlah siapa-siapa.

For HIM Book '2'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang