Ryu berjalan keluar ruangan dengan pintu yang kini tertutup rapat, meninggalkan Pavel yang kembali membaringkan tubuh dan meringkuk di atas tempat tidurnya.
"Pah ... kamu di mana, apa kau benar-benar sibuk saat ini? Apa yang kau lakukan di sana? Apa kau tidak merasakan firasat apa pun tentangku? Aku merasakan sakit sekarang ... apa kau benar-benar tak merasakan apa pun? Aku mohon ... aku membutuhkanmu saat ini, aku bisa gila ...."
Pavel memukuli dadanya kuat hingga berulang kali saat kembali merasakan sesak. Ingin rasanya menangis sekeras mungkin untuk menghilang perasaan rindu yang benar-benar menyiksanya.
"Haruskah aku menacarimu? Jika kau benar-benar sibuk saat ini, biar aku saja yang menghampirimu."
Tanpa memikirkan apa pun lagi, Pavel bergegas bangkit dari tempat tidurnya, menarik selang infus yang masih menancap di punggung tangannya sebelum melangkahkan kakinya sambil terus memegangi kepalanya yang masih terasa nyeri. Hingga langkah kakinya terhenti dengan tangan yang sudah memegangi gagang pintu, sebelum ia mendengar sesuatu di luar sana.
"Tin masih belum ditemukan, tubuhnya seolah menghilang di telan bumi. Garfield hanya menemukan ponsel di dalam mobilnya."
"Apa kemungkinan Tin akan selamat dari kecelakaan itu? Dia tidak terluka parah, 'kan?"
"Mereka juga menemukan bayak darah di sana, mobil dalam keadaan rusak parah."
Napas Pavel seolah akan berhenti saat itu juga. Tubuhnya gemetar bersamaan dengan air mata yang kembali luruh dari sudut mata yang sudah sangat sembab. Dan sejak kemarin pun ia sudah merasakan ada yang salah dengan perasaannya sendiri.
"Tin terluka parah."
Kalimat tersebut kembali terdengar di pendengaran Pavel, hingga membuat kepalanya semakin pening dengan napas yang semakin sesak.
"AARRGHH ...!"
Pavel berteriak keras bersamaan dengan tubuhnya yang ambruk di atas lantai tak sadarkan diri, hanya sempat mendengar suara samar yang tengah memanggil namanya, hingga di detik berikutnya, Pavel sudah tidak mendengarkan apa pun lagi.
__
__
"Tii-rak ...."
"Pah ... kau di sini?"
"Yah, aku di sini, menemanimu."
"Kenapa begitu lama? Aku sudah menunggumu sejak tadi."
"Maafkan aku."
"Kenapa meminta maaf, seharusnya aku yang meminta maaf, aku tidak bisa menjaga diriku sendiri dengan baik."
"Berhenti menangis, Tii-rak."
"Aku merindukanmu, bisakah kau tak pergi lagi? Bisakah kau tetap di sini? Tetap di sampingku, aku membutuhkanmu."
"Maafkan aku, Tii-rak."
"Berhenti meminta maaf."
"Maaf, karena aku tidak bisa menemani untuk saat ini."
"Kenapa? Apa karena aku sudah keras kepala? Apa karena aku tak pernah menurutimu? Aku minta maaf ... mulai sekarang aku akan selalu mendengarmu, aku akan menuruti semua keinginanmu, tapi tetaplah di sini, aku benar-benar membutuhkanmu ... aku mohon ... aku membutuhkanmu."
"Maafkan aku, Tii-rak ...."
"Tidak ... aku mohon ... jangan pergi ...."
"Maafkan aku."
"Tidak ... Papaah ... kembali padaku ... PAPAAH ...."
Suara teriakan Pavel terdengar bersamaan dengan air mata yang luruh. Napsnya semakin berat dan cepat, rasanya sangat sakit, semua begitu sakit hingga hanya untuk bernapas pun ia merasa kesulitan. Tak bisa di hindari, hal buruk kembali menimpah mereka, meski ia sudah berusaha melakukan segala macam cara untuk menghindarinya, tetapi tetap saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
For HIM Book '2'
RomantikSekuel dari cerita 'For HIM' musim pertama. Dan sesuai dengan genrenya 'darkromance', akan ada konflik dan tokoh baru di dalam cerita ini, sekaligus menuntaskan kisah cinta yang belum berakhir pada tokoh sebelumnya.