CHAPTER 45

266 34 12
                                    

"Baiklah, sudah waktunya," sambungnya saat melirik jam tangan yang melingkar di lengannya sebelum menyusul langkah Gafield menuju ke satu tempat.

Sedang Ping hanya mengangguk, meraih ponsel di dari dalam saku celananya, terlihat menghubungi seseorang.

📞 "Elletra, bagaimana kabar Ibu Madeline?" tanya Ping sambil melangkah menuju depan jendela kaca yang hampir memenuhi dinding rumah sakit tersebut.

📞 "Tidak baik, Tuan Ping, Nyonya Madeline terus gelisah, tak makan dan tidur."

📞 "Apa kau bisa mengatasinya Elletra?"

📞 "Aku tidak yakin, Tuan."

📞 " Yah, aku tahu."

📞 "Maaf, tapi .... bagaimana kondisi mereka saat ini?" 

📞 "Kondisi mereka tidak baik Elletra." 

Elletra terdiam di ujung sambungan, Ping tahu jika wanita itu tengah menangis saat ini. Elletra memiliki hati yang lembut dan sensitif, ia juga sangat menyayangi keluarga Tunner, dan hal yang wajar jika wanita itu merasa terpukul jika mendengar hal demikian.

📞 "Kau baik-baik saja Elletra?"

📞 "Yah, Tuan."

📞 "Baiklah, Nut sudah berada di sana untuk mengawasi kalian, kau tak perlu cemas, dan hanya perlu menjaga Ibu Madeline dengan baik."

Panggilan telpon berakhir. Ping menarik napas kuat dan dalam, entah mengapa saat ini ia sangat merindukan Nut. Mereka hanya bertemu selama beberapa jam saat di rumah sakit, sebelum Nut kembali ke Chiang Mai untuk menjaga keluarga Benz, dan kembali ke Manhattan karena nyonya Madeline butuh pengawasan sejak Tin meninggalkan kediamannya dengan Pop yang menggantikannya.

📞 "Ping ...?"

📞 "Aku merindukanmu."

📞 "Hmm, aku tahu."

📞 "Tetaplah berhati-hati, aku tidak ingin kau terluka."

📞 "Tentu, aku akan menjaga tubuh ini dengan baik, karena tubuh itu milikku."

📞 "Aku belum memilikinya."

📞 "Kau akan memilikinya."

Ping tersenyum .

📞 "Jagan membuatku semakin merindukanmu."

📞 "Lalu apa yang harus aku lakukan untuk mengurangi kerinduanmu?"

📞 "Setelah semuanya selesai, aku akan mencarimu."

📞 "Apa yang ingin kau lakukan?"

📞 "Memelukmu hingga pagi."

📞 "Baiklah, aku berharap semua lekas berakhir. Aku sudah sangat merindukan ketenangan saat ini, aku ingin merasakan kehidupan normal, aku ingin ...."

Kalimat Nut tertahan di ujung panggilan.

📞 "Katakanlah, apa yang kau inginkan?"

Nut masih terdiam hingga membuat Ping lekas paham.

📞 "Baiklah, aku mengerti. Tunggulah aku sebentar lagi, setelah kembali. Kita akan ke Quebec untuk menemui Paman dan Bibi."

📞 "Aku akan menunggumu."

📞 "Aku mencintaimu, Nut."

Panggilan telpon terputus, menyisahkan senyum di wajah lelah Ping.

__

__

"Apa kau sedang menangis? Siapa yang sudah membuatmu menangis?"

"Seseorang yang aku cintai."

For HIM Book '2'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang