CHAPTER 37

417 49 13
                                    

"Selamat malam tuan Ryu," sapa Mark yang baru saja datang, dan Ryu yang langsung beranjak dari duduknya, melangkah pergi dari sana. Di susul oleh Mark usai menyapa Ping.

"Ada kabar apa,  Mark?" tanya Ryu saat merasa jika pembicaraan mereka sudah aman.

"Perusahaan sudah berhasil menarik sebagian saham dari LH." 

Ryu menarik napas panjang dan melepaskannya perlahan dengan satu anggukkan. "Baiklah, pastikan semua investor menarik sahamnya. Dan jangan sisakan sedikit pun."

"Apa Anda yakin akan melakukan hal ini kepadanya, Tuan?" tanya Mark tampak ragu. 

Mengingat Luke adalah kakak dari Ryu sendiri. Dan jika mereka benar-benar berhasil merebut semua saham dari perusahaan LH, pria itu akan benar-benar jatuh miskin dan kehilangan semuanya.

"Yah, aku sangat yakin, Mark. Tadinya aku masih mempertimbangkan hal ini, dan hanya akan mengambil setengah dari sahamnya. Tapi saat melihat kondisi Pew beberapa saat lalu, aku jadi sangat yakin untuk mengambil semua saham tersebut. Aku ingin ia tak memiliki apa pun, dan kita lihat, apa yang akan ia lakukan setelahnya. Karena selama ini ia selalu menggunakan uang dan kekuasaannya untuk melakukan tindak kejahatan apa pun." 

"Tapi Tuan, dia adalah ...."

"Yah, aku tahu. Dia adalah kakakku. Tapi dia sudah menyakiti seseorang yang aku cintai, Mark. Tidak ada toleransi sedikit pun. Siapa pun itu. jika sudah menyakiti dan membuat Pew menagis, aku pastikan akan membuatnya menderita."

Mark menarik napas kuat. Seharusnya ia tahu, sebesar apa cinta Ryu terhadap pria itu. Bahkan ia akan melakukan apa pun demi kebahagiaan pria itu.

"Lalu bagaimana kondisinya saat ini?" tanya Mark penasaran.

"Sangat buruk, Mark. Pew kehilangan suaminya, aku bahkan bisa merasakan kesedihan juga rasa sakitnya saat ini. Aku benar-benar marah kepada bajingan yang sudah menimbulkan semua kekacauan ini, bahkan dengan kehilangan seluruh harta pun, tidak akan sebanding dengan Pew yang kehilangan suaminya."

"Yah, aku tahu. Tapi bagaimana dengan Nyonya Aithne? Apa tidak akan terjadi masalah jika mengetahui ini?" 

"Tidak akan terjadi apa pun jika mereka tidak mengetahui jika itu aku. Hidup dengan banyak uang membuat Luke bisa melakukan apa pun seenaknya. Aku sungguh muak hingga mulai berpikir, bagaimana jika melenyapkannya saja."

"Tuan ...."

"Aku hanya sempat memikirkan itu, selain memikirkan hal lain juga. Aku tak mungkin mengulangi satu kesalahan yang akan membuat Ibu menderita dan bersedih seperti dulu. Sangat sulit untuk memikirkan semuanya, Mark. Masalah ini membuatku terjebak dalam dilema."

"Anda tahu, 'kan? Jika semuanya sudah terlambat? Mereka bahkan sudah berhasil mencelakai Tuan Pavel dan Tuan Krittin."

"Setidaknya Luke akan merasa terpuruk dan menderita saat mengetahui jika ia sudah tidak memiliki apa pun lagi. Bahkan ia akan mendekam di penjara selamanya jika tak memiliki uang untuk jaminan dan juga seorang pengacara. Kecuali kartelnya berhasil mengeluarkannya dengan cara yang lain selain uang jaminan."

"Anda berniat menghancurkannya?"

"Aku hanya akan menghukumnya, Mark. Percayalah, kita belum tahu, apa yang akan terjadi nanti, meskipun Luke jatuh miskin, ia mungkin masih memiliki orang-orang yang setia padanya," balas Ryu yang terlihat tak memiliki empati sedikit pun terhadap Luke kakaknya sendiri. Bahkan Mark bisa melihat kebencian dan kemarahan di dalam sorot mata Ryu saat ini.

__

__

Kediaman Krittin Tunner

Langkah kaki Benz terhenti tepat ia hadapan nyonya Madeline yang tengah duduk di sebuah sofa dengan tatapan kosong dan ponsel di tangannya, wajahnya pun terlihat muram juga lingkaran hitam di bawah mata. Jelas terlihat jika wanita itu tak tidur semalam.

Menarik napas kuat dan dalam, Benz kembali melangkahkan kaki dengan perlahan menghampiri nyonya Madeline yang bahkan belum menyadari kedatangannya. Hingga saat Benz duduk di sampingnya yang tiba-tiba tersentak dan terbangun dari lamunannya.

"Benz ... apa Pooh dan Pew tidak akan kembali dalam waktu dekat? Aku bahkan tidak bisa menghubungi nomor ponsel Pooh, begitu juga dengan Pew, apa mereka baik-baik saja?" tanya nyonya Madeline yang langsung menyerang Benz dengan beberapa pertanyaan yang membuat hati Benz semakin sakit.

Merasa jika sebentar lagi akan pingsan, sebab sejak kemarin terus menahan air mata dan kesedihannya demi menyembunyikan semuanya dari Pavel dan nyonya Madeline, hingga tiba-tiba merasakan takut, jika reaksi nyonya Madeline saat mengetahui kondisi putranya akan sama seperti reaksi Pavel padanya.

Benz memeluk tubuh nyonya Madeline sambil mencoba menahan air mata yang sebentar lagi akan menetes, hingga Lee harus terus mengingatkan, agar jangan pernah menangis di hadapan wanita itu.

"Pooh ... dan Pew ... mereka baik-baik saja," jawab Benz tersenyum sebisa mungkin, meski dadanya mulai bergemuruh. Mengatakan jika semuanya baik-baik saja sungguh hal yang sangat menyiksa, sebab kenyataannya, kondisi keduanya sangat buruk dan tak baik-baik saja.

"Benarkah begitu? Tapi, kenapa ponsel mereka tidak bisa di hubungi? Benz, semuanya baik-baik saja, 'kan? Mereka tak pernah seperti ini sebelumnya," balas nyonya Madeline tak berhenti khawatir. Sebab yang ia tahu, sesibuk apa pun putra dan menantunya, mereka tak akan pernah mengabaikan dirinya seperti sekarang.

"Mereka masih sangat sibuk."

Nyonya Madeline menggelengkan kepala pelan, merasa jika ada yang tidak beres. "Apa pun yang sudah terjadi, jangan pernah menyembunyikan apa pun dari Ibu, Benz."

Benz kehabisan kata-kata. Bahkan langsung mengalihkan pandangannya ke arah Lee yang hanya mengangguk kecil.

"Tentu saja," balas Benz, menggenggam telapak tangan nyonya Madeline kuat. "Sebaiknya Ibu beristirahat, malam sudah sangat larut," sambungnya mencoba untuk membujuk.

"Tapi Ibu tidak bisa tidur selama belum mengetahui kabar mereka, Benz. Ibu sangat merindukan mereka," balas nyonya Madeline dengan kedua mata berkaca.

"Ibu ...."

"Ibu merasa sangat takut, dan apa pun yang Ibu lakukan, Ibu selalu kesulitan untuk menghilangkan perasaan itu. Sudah berulang kali, Benz. Sudah berulang kali mereka menghadapi hal yang mengerikan. Ibu takut hal itu akan terulang lagi. Apa yang harus Ibu lakukan? Ibu benar-benar takut sekarang, dan Ibu merindukan mereka, Benz. Putra dan menantuku, apa yang sudah terjadi dengan mereka?" tanya nyonya Madeline yang akhirnya menangis, setelah menahannya seharian.

Selama ini ia selalu menjadi sosok yang sangat kuat dan tegar dan tak pernah lagi menitikkan air mata, sebesar apa pun masalah yang tengah ia hadapi, bahkan ketika Tin akhirnya memutuskan untuk meninggalkan mereka dan melakukan pertukaran. Ia selalu menjadi sosok yang kuat di hadapan Pavel dan yang lainnya meski hatinya begitu hancur. Namun, saat ini ia benar-benar tak bisa menahannya lagi, sebab sekarang ia memiliki Pavel, istri dari putranya. Dan jika terjadi sesuatu dengan keduanya, hal itu akan benar-benar menyakiti hatinya hingga membuatnya tak bisa menjadi lebih kuat lagi.

"Ibu ...."

Tak mengatakan apa pun lagi, nyonya Madeline langsung beranjak dari duduknya, melangkah pergi sambil mengusap air matanya. Ia tak akan pernah salah dengan perasaan gelisahnya. Dan ia tahu, telah terjadi sesuatu dengan Tin dan Pavel, ia pun tak ingin memaksa Benz untuk mengatakan semuanya, sebab tahu jika pria itu juga sangat tertekan. Mereka saling menyayangi satu sama lain, sudah pasti hal buruk yang menimpa Tin dan Pavel akan menjadi kesedihan terberat bagi Benz dan lainnya.

Benz yang sudah tidak bisa berbuat apa pun hanya bisa terdiam sambil mencengkram kuat rambutnya. Bersamaan dengan air mata yang menitik. Mengepalkan kedua tangan kuat oleh rasa amarah.

---

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
For HIM Book '2'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang