CHAPTER 28

476 60 14
                                    

"Selamat pagi, Papa." Pavel menyapa dari balik selimut, sedang kedua tangan Tin masih melingkar di tubuhnya dan menghadiahinya sebuah ciuman hangat nyaris di seluruh wajah.

Tin mengeratkan pelukan dengan mata yang kembali memejam. "Selamat pagi, Tii-rak."

"Bangunlah, aku harus bergegas," balas Pavel dengan nada rendah.

"Kau akan ke mana?"

"Apa Papa lupa? Hari ini aku harus ke Dream Fashion," bisik Pavel yang membuat kedua kelopak mata Tin yang tadinya tertutup rapat langsung terbuka dengan sempurna.

"Oh," angguk Tin yang bukannya melepaskan pelukan, malah semakin mempererat hingga membuat Pavel sesak.

"Pah ...."

"Sebentar saja, aku masih sangat mengantuk," balas Tin yang terlihat seperti sedang mencari alasan, sebab masih tak menginginkan Pavel kembali ke Dream Fasiaon untuk bekerja.

"Pah, kau tidak pernah tidur sampai sesiang ini, jadi tak mungkin kau mengantuk di jam sekian," ucap Pavel yang memang sudah paham dengan kebiasaan suaminya.

"Tii-rak, tidak bisakah kau membatalkan saja ...."

"Pah, kita sudah sepakat, acara hari ini sangat penting untuk Dream Fasiaon, dan aku harus berada di sana" potong Pavel menatap wajah suaminya yang tampak terlihat berat melepasnya untuk kembali bekerja.

"Bukankah di sana akan di penuhi banyak pria-pria asing?"

"Yah, akan ada casting untuk dijadikan model produk baru yang akan rilis, dan aku memang membutuhkan banyak pria yang tentunya memenuhi standar."

"Ah, aku jadi penasaran. Siapa saja mereka."

"Aku sudah memilih dua orang, meski mereka masih harus melewati casting terlebih dulu, tapi itu cuma prosedur, sebab kedua orang ini sangat memenuhi standarku, dan aku yakin penjualan pasti akan meroket jika mereka yang menjadi modelnya."

Wajah Tin mengerut oleh cemburu saat mendengar Pavel memuji dua pria itu. Ia mau hanya dirinya yang sempurna di mata Pavel, dan hanya menginginkannya saja.

Haruskah aku menculik kedua model itu saja dan mengurung mereka di satu tempat agat tidak bisa menghadiri casting dan gagal menjadi model?

"Aku pikir hanya aku yang sempurna di matamu."

Pavel terkekeh. "Pah ... kau adalah pria yang sangat sempurna untukku, dan aku mencintaimu," bujuk Pavel mengecup bibir Tin sedikit lebih lama dengan perasaan yang bahagia, ia menyukai Tin yang cemburu dan posesive padanya, bahagia karena Tin menggilainya dan ia sangat mencintai pria itu.

"Baiklah, kau menang." 

Tin mengelus pipi Pavel dan mengecupnya hingga berulang kali sebelum Pavel bangkit dari tempat tidurnya melangkah menuju kamar mandi. Namun, menghentikan langkah tepat di depan kaca saat melihat beberapa bagian tubuh polosnya yang di penuhi kissmark.

"Oh Tuhan, lihatlah ini. Papa melakukannya dengan sangat baik," ucap Pavel masih berdiri di depan cermin saat Tin menghampiri dan kembali memeluknya dari belakang.

"Apa ini kurang? Aku bisa membuatkannya lagi untukmu," balas Tin menyeret ujung lidahnya yang basah di sepanjang permukaan kulit punggung Pavel yang seketika meremang.

"Cukup, sudah tak ada tempat lagi. Papa sudah membuatku kelelahan semalam." 

"Benarkah? Aku masih menyisahkan beberapa tempat di balik punggungmu," balas Tin tersenyum, menatap wajah Pavel lewat pantulan cermin.

"Pah, jangan mulai lagi. Aku akan terlambat. Bisa kita mandi sekarang, Tuan? Aku harus membuat sarapan untuk ...."

"Sepertinya kau tidak perlu lagi melakukannya, Tii-rak," potong Tin menggendong tubuh istrinya masuk ke dalam kamar mandi dan mendudukkannya ke dalam bhatup.

For HIM Book '2'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang