CHAPTER 22

476 59 22
                                    

Taniere Restaurant

"Terima kasih atas waktunya, saya sudah sangat lama menantikan kerja sama ini. Dan saya harap WL dan JM KORP bisa bekerja sama dengan baik," ucap Tuan Mideltton kembali mengulurkan tangannya sebelum beranjak dari duduknya.

"Tentu saja, Tuan. Begitupun denganku. JM KORP adalah perusahaan besar yang berkembang. Ini akan menjadi kerja sama yang bagus," balas Ryu ikut beranjak dari duduknya, menyambut tangan tuan Mideltton untuk berjabat tangan.

"Baiklah, aku harap kita bisa makan siang bersama lagi di lain waktu. Sekali lagi terima kasih atas waktu Anda, Tuan Ryu Dante."

"Tentu saja, Tuan Midel, Mark akan mengatur jadwalnya. Aku akan memiliki banyak waktu selama berada di Manhattan."

Ryu mengakhiri obrolan saat tuan Mideltton berpamitan, salah satu kliennya di Manhattan.

"Apa kita masih memiliki jadwal pertemuan lagi, Mark?" tanya Ryu kembali duduk di kursi sambil menyendarkan tubuh lelahnya di sandaran kursi. Memijat pangkal hidung sambil memejam.

"Anda sudah tidak memiliki jadwal lagi, tapi ... sepertinya besok Anda harus kembali ke Chiang Mai."

"Chiang Mai?"

"Yah, akan ada kunjungan di TN. Apa Anda lupa?"

Ryu menghela napas berat. Kembali ke Chiang Mai akan membuatnya kembali merindukan sosok Pavel. Ia tidak akan sanggup menahan perasaan rindu tersebut, sebab dalam waktu beberapa hari ini ia sudah berusaha untuk menghindari itu dan berniat kembali ke Jerman dalam waktu dekat. Mengenang cintanya yang tak terbalas sungguh akan menjadi hal yang menyenangkan. Menghabiskan sisa waktu untuk mencintai pria yang sudah menjadi milik orang lain.

"Bagaimana, Tuan?" tanya Mark yang sebenarnya sudah tidak tega melihat Ryu terus tersiksa. Namun, pertemuan tersebut sangatlah penting dan sebagai Direktur Utama WL, Ryu di haruskan untuk menghadiri rapat dewan Direksi sebagai salah satu pemegang saham di TN.

"Baiklah, kita akan menyelesaikan semuanya sebelum kembali ke Jerman, dan sepertinya saat ini aku butuh istirahat, aku akan kembali ke hotel dan tidur," balas Ryu.

"Yah, aku sudah menyiapkan semua ...."

Kalimat Mark tertahan di tenggorokan, saat pandangannya tak sengaja tertuju ke arah kursi paling pojok, tepat di samping jendela. Seketika gelisah dan hanya bisa terpaku hingga beberapa saat sebelum berbalik saat melihat Ryu sudah bangkit dari duduknya.

"T-Tuan ...."

"Ya?"

"Mungkin ada baiknya kita memesan sesuatu untuk di makan, bukankah Anda belum makan sejak tadi?"

"Aku tidak lapar, Mark."

"B-bagaimana dengan minum, coffee, teh, atau ...."

"Aku juga tidak haus. Kau lupa jika aku sudah menghabiskan dua cangkir Coffe? Aku bahkan merasa begah sekarang."

Mark menghela napas panjang, masih berusaha bersikap tenang dan terus memikirkan cara agar Ryu tak sampai melihat Pavel yang tengah duduk bersama seorang pria yang tak bisa ia lihat itu siapa. Mungkin ia hanya perlu mengulur waktu lebih lama, berharap Pavel dan pria itu pergi terlebih dulu tanpa sepengetahuan Ryu, atau mereka yang keluar terlebih dulu sebelum Ryu melihat pria cantik itu.

"Kita bisa membahas masalah kerja sama kita kepada Tuan Midel, aku rasa ada yang perlu kita bicarakan," ucap Mark.

Ryu yang kembali duduk di hadapan Mark. "Ada apa? Apa kau merasa ada sesuatu yang salah, Mark? Kau sudah memeriksa proposalnya, 'kan?" 

"Yah."

"Lalu?"

Mark mati akal, sungguh sikap yang membuat Ryu sedikit kesal. Kelelahan dan banyak pikiran membuat pria itu tak cukup memiliki banyak kesabaran, sehingga apa pun yang terlihat aneh di hadapannya lekas membuatnya naik darah, terlebih saat menyadari jika sejak tadi asistennya bertingkah aneh dan tak seperti biasa.

For HIM Book '2'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang