CHAPTER 57

554 54 17
                                    

Suara derit pintu berbunyi dan Pavel yang berdiri di ambang pintu kamarnya, masih memegang gagang pintu dengan kuat kala aroma Tin menyeruak dari dalam kamar tersebut. Suasana kamar pun tak berubah, baik posisi bantal ,selimut, dan piyama yang mereka kenakan pada saat itu. Terakhir yang ia ingat ketika mereka bersama di kamar itu, Tin tengah memeluk tubuhnya erat sambil memintanya untuk tidak pergi di Dream Fashion. Jika saja ia mau mendengarkan dan menjadi seorang istri yang penurut pada saat itu, apa semua kejadian buruk ini tak akan terjadi?

Maafkan aku ... ini semua salahku.

Memegang gagang pintu semakin kuat, kala rasa bersalah menghantuinya. Ia menyerah kali ini, dan tak ingin mengharapkan apa pun lagi, menganggap semua adalah hukuman untuknya yang sudah menjadi sangat keras kepala. Toh ia akan terbiasa setelahnya, rasa sakit dan sedih adalah perasaan yang akan membuatnya menjadi orang yang berbeda kali ini, meski demikian. Tak akan ada yang berubah dengan perasaannya. Ia mencintai Tin, dan akan terus mencintai prianya sampai mati.

"Pew?" panggil Thana berjalan menghampiri, saat melihat pria itu terus berdiri di depan pintu kamarnya tak bergerak.

"Aku ... ingin beristirahat sebentar, Tha."

"Tentu, aku akan memasak sesuatu untukmu."

"Aku tidak lapar."

"Tapi kau harus makan, sudah seharian sejak kemarin, kau belum makan apa pun."

Tak menjawab apa pun, Pavel melangkah masuk ke dalam kamarnya, tanpa menyalakan lampu dan hanya membiarkan kondisi kamarnya yang gelap sebelum naik di atas tempat tidur dan meringkuk di sana. Thana pun tak ingin menanyakan apa pun lagi, dan hanya menghela napas panjang sebelum menutup pintu kamar Pavel dan mulai memasak.

Hingga tiga puluh menit berlalu, saat Thana menyelesaikan masakannya dan menatanya dengan rapi di atas meja. Sedikit tersenyum saat melihat beberapa menu masakan kesukaan Pavel di sana, membuka apron yang di kenakan sambil melangkah menuju kamar Pavel untuk membangunkan pria itu, berharap aroma masakan yang ia buat bisa membujuk Pavel untuk makan.

Namun, saat membuka pintu kamar, Thana cukup di kejutkan oleh kondisi kamar yang kosong, dan Pavel tak berada di atas tempat tidurnya, begitu juga di dalam kamar mandi dan balkon. Mustahil jika Pavel ke beranda dan halaman samping, sebab Thana akan menyadarinya, sebab pasti akan melewati pantri jika akan menuju beranda, ia pun tak mendengar suara mobil keluar dari halaman.

"Oh Tuhan, di mana kamu?"

Dengan perasaan panik, Thana lekas berlari menuruni anak tangga menuju kamar utama dan langsung mengetuk pintu kamar tersebut dengan cukup keras.

"Benz ...! Benz ....! Kau di dalam? Benz ...!"

Thana terus mengetuk pintu kamar Benz hingga berulang kali, dan tak ada respon dari sang pemilik kamar membuat Thana semakin cemas dan takut.

"Benz!" panggil Thana sekali lagi, hendak membuka pintu sebelum seseorang memanggilnya.

"Tha?"

Thana membalikkan badan dan Benz yang sudah berdiri di balik punggungnya dengan wajah bingung.

"Oh Tuhan, Benz. Kau bersama Pew?" tanya Thana menghampiri.

"Pew?"

"Yah, di mana dia? Kalian bersama, 'kan?"

"Bukankah kalian ...."

Thana menggeleng cepat. "Pew tengah tidur di saat aku sedang memasak, dan ... dia ... aku tak melihatnya ...."

"Tha tenanglah," bujuk Benz yang tak kalah khawatir, sebab hari masih menunjukkan pukul empat dini hari, dan ke mana Pavel di jam sekian. "katakan dengan perlahan."

For HIM Book '2'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang