CHAPTER 12

455 58 4
                                    

"Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya Ryu memijat tengkuk lehernya untuk mengurangi pening di kepala.

"Tentu saja untuk menyelamatkan Anda, Tuan."

"Apa? J-adi itu kau?" tanya Ryu mengeryitkan kening, menatap Mark tak percaya.

"Yah, it's me, Sir." Mark mengangguk cepat.

Ryu menghela napas kesal. "Bukankah pria itu yang ...."

"Yah, berbahagialah Tuan muda Ryu Dante, sebab pria itu yang sudah bersusah payah menyeret tubuh Anda ke kursi ini saat Anda hampir pingsan tak sadarkan diri," potong Mark.

"Sungguh?" tanya Ryu tersenyum lebar hingga membuat Mark hanya bisa menggeleng. Sebab baru kali ini ia mendapati seseorang yang begitu bahagia karena nyaris pingsan di muka umum.

"Apa Anda menikmatinya, Tuan?" tanya Mark.

"Tentu saja, beruntung itu bukan kau. Seharusnya kau tidak perlu menolongku Mark, biar pria itu saja yang merawatku," balas Ryu yang membuat Mark gregetan sendiri atas kebucinan presdirnya kepada seseorang yang ia yakin pasti belum mengetahui namanya.

"Jadi maksudnya, aku tidak perlu membantu dan seharusnya membiarkan Anda terbaring di kursi ini seorang diri saja?"

Ryu berdecak kesal. "Kau terlalu banyak bicara, di mana pria itu?"

"Pergi usai membawa Anda di kursi ini," jawab Mark yang cukup membuat Ryu sedikit kecewa. Namun, meski demikian, ia masih memiliki kebahagiaan yang tersimpan di hati, sebab Pavel orang pertama yang menolongnya.

"Mark, sebenarnya ada apa denganku?" tanya Ryu kembali memijat tengkuk lehernya yang sedikit menegang.

"Kemungkinan besar Anda kelelahan, Tuan."

"Aku merasa mual."

"Yah, Anda masuk angin akibat berendem di dalam air hingga berjam-jam semalam," balas Mark yang hanya di balas helaan napas panjang oleh Ryu.

"Kita perlu ke dokter."

"Tidak!"

"Tapi Anda butuh obat, Tuan." Mark tampak khawatir.

"Aku hanya butuh istirahat, Mark." Ryu lagi-lagi tersenyum.

"Yah, aku harap senyum pria itu lekas membuat Anda sembuh, Tuan."

Mark lekas memapah tubuh Ryu dan berjalan ke arah mobil.

"Sepertinya begitu, aku akan lekas sembuh meski dengan hanya mengingat wajah pria itu," angguk Ryu membenarkan hingga membuat Mark kehabisan kata-kata lagi. Fiks, jika presdirnya sudah sangat terobsesi dengan pria tersebut. Dan tanpa berpikir lama lagi, Mark langsung menyalakan mobil hendak meninggalkan tempat tersebut sampai lengannya tiba-tiba di cengkram kuat oleh Ryu.

"Tunggu!"

"Ada apa, Tuan? Apa Anda melupakan sesuatu? Ice cream atau... uang kembalian?"

"Alamat rumah pria itu. Ahh ... aku jadi tidak bisa mengikutinya. Kenapa aku harus kehilangkan kesadaran di waktu yang tidak tepat," keluh Ryu tampak menyesal.

"Bukankah tadi Anda sangat bahagia saat tak sadarkan diri di hadapan pria itu? Lalu kenapa sekarang Anda .... "

"Karena aku lupa menanyakan namanya. Sial! Aku jadi kesal sekarang," umpat Ryu memejamkan mata, menyandarkan tubuh di jok mobil sambil memijat pangkal hidungnya.

"Pria itu tinggal di sekitar sini," jawab Mark yang membuat kelopak mata Ryu kembali terbuka.

"Di mana?!"

"Aku sempat melihatnya memasuki komplek tersebut. Dan yang aku tahu, tak ada lagi rumah di sana, dan hanya ada satu rumah. Aku yakin itu rumah milik pria bermata coklat yang Anda cari."

For HIM Book '2'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang