CHAPTER 7

555 63 11
                                    

"Pew?" panggil Vee yang seketika mengejutkan Pavel.

"Vee ...."

"Ada apa?" tanya Vee menghampiri usai membawa semua belanjaan mereka di pantri.

"Tidak apa-apa, aku hanya merasa jika barus saja melihat sebuah mobil asing di sana, tapi ... entahlah."

Kening Vee mengernyit. "Mobil asing?"

"Yah," angguk Pavel.

Seketika merasakan kegelisahan meski tidak sampai menampakkannya di hadapan Vee. Sebab jika boleh jujur, selama ini Pavel masih merasa takut dan was-was jika ada seseorang dari masa lalu yang tiba-tiba muncul untuk melukai keluarganya lagi seperti dulu. Hingga lamunan Pavel seketika buyar saat mobil Ping terparkir di sana.

"Ping?"

"Tuan muda? Apa terjadi sesuatu?" tanya Ping yang langsung bisa membaca ekspresi cemas Pavel.

"Apa kau tak melihat mobil asing keluar dari komplek ini beberapa menit lalu?" tanya Pavel masih berdiri di tempatnya dengan Vee yang menemani.

"Aku rasa tak melihat apa pun, ada apa? Apa Anda melihat sesuatu yang mencurigakan?" tanya Ping mulai was-was.

"Entahlah, bukan sesuatu yang aneh tapi, aku hanya merasa cemas," balas Pavel tak mampu menutupi kekhawatiran.

Terlebih ketika kembali mengingat kenangan buruk yang pernah ia dan keluarganya hadapi, hingga membuatnya nyaris kehilangan nyawa Tin dan ibunya. Ia bahkan sudah melihat orang-orang terdekatnya hancur dan menderita, sekarang ia tak ingin hal mengerikan itu terulang lagi.

"Mungkin Anda terlalu memikirkan banyak hal," ucap Ping.

Pavel menarik nafas kuat dan dalam.

"Yah, mungkin kau benar. Sejujurnya, aku masih sangat khawatir. Entah ini hanya perasaanku saja yang merasa jika semuanya belum berakhir."

"Tin akan terus melindungi Anda, dan satu hal lagi. Anda tidak sendiri," balas Ping berusaha menenangkan hati Pavel yang hanya mengangguk dengan seulas senyum di bibirnya.

"Terima kasih Ping," balasnya.

Sedang di tempat yang berbeda. Tepatnya di sebuah restauran bistro la goulette.

"Terima kasih Tuan Krittin, senang bisa bertemu Anda," ucap Ryu setelah pertemuan mereka yang sudah berlangsung dua jam yang lalu.

"Yah, dan aku harap kerja sama kita bisa terus berjalan dengan baik," angguk Tin tersenyum sebelum melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Apa Anda mempunyai janji lain?" tanya Ryu saat mendapati Tin yang tampak gelisah di kursinya.

"Yah, aku minta maaf sebelumnya, sepertinya aku tidak bisa berlama-lama, aku dan istriku akan makan malam bersama," balas Tin.

Ryu mengangguk paham. "Silahkan. Anda bisa kembali," ucapnya mempersilahkan.

"Mungkin kita bisa bertemu lagi di lain hari. Bukankah Anda akan menetap untuk sementara waktu di sini?" tanya Tin.

"Iya, untuk tiga bulan ke depan. Dan aku rasa kita memiliki banyak waktu untuk saling bertemu, mungkin bisa saling mengenal satu sama lain," balas Ryu yang untuk pertama kalinya merasa nyaman berbincang dengan seorang rekan kerja.

Merasa jika Tin adalah seseorang yang sangat cocok dengannya, mereka bisa berbicara banyak dengan nyaman selama dua jam ini, dan itu adalah hal luar biasa bagi Ryu sendiri yang selama ini tidak pernah meluangkan banyak waktu untuk klien jika itu bukanlah masalah penting. Sedang Mark hanya bisa menyimak tanpa berbicara apa pun, terkecuali jika ia mendapatkan pertanyaan yang memang harus ia jawab.

For HIM Book '2'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang