CHAPTER 61

823 56 5
                                    

"Kau adalah kekuatanku, bercinta seharian akan memulihkan tubuhku dan mengembalikan semua tenagaku. Terlebih ...."

Tin menghentikan kalimatnya, meremas penisnya sendiri yang sudah mengeras sejak tadi dan memposisikan tubuhnya, mengangkat kedua kaki Pavel di atas bahunya agar mempermudah pergerakannya, sambil menjilati telapak tangannya dan menggenggam kejantanan Pavel, sedikit memijatnya untuk memberikan sedikit rangsangan sebelum memulai permainan, sangat puas dengan reaksi sang istri yang mulai mendesah saat kenikmatan menjalar di seluruh tubuh hingga melupakan kekesalan hatinya beberapa menit lalu yang nyaris mengunyah kepala Tin.

Meski demikian, Pavel masih ingin menyiksa Tin dengan caranya sendiri. Membanting tubuh Tin hingga terlentang di atas tempat tidur, sebelum mengambil kendali dan langsung memasukkan penis yang sudah sepenuhnya mengeras milik Tin di dalam mulutnya.

"Tii-raak ...."

"Apa wanita itu pernah melihat tubuhmu seperti ini?" tanya Pavel, mengangkat kepala dan menatap wajah Tin dengan penis yang masih di pijatnya.

"Tidak ... tidak sekalipun ...." Tin menjawab dengan susah payah ketika ujung lidah Pavel bermain di kepala penisnya.

"Bagaimana dengan sentuhan lainnya, apa ia pernah menciummu?"

Pertanyaan Pavel selanjutnya, sambil menyeret lidahnya di sepanjang kejantanan Tin sebelum kembali mengulumnya, menghisap dengan sedotan yang sedikit kuat hingga membuat tubuh Tin gemetar oleh kenikmatan yang luar biasa.

"Mustahil, aku tidak mungkin membiarkannya ... Tii-raak ... "

"Hmm?"

"Aku tidak kuat lagi, aku mohon ...." 

Tin meminta dengan suara serak ketika Pavel masih bermain dengan penisnya, terus memijat dan mengurutnya sebelum kembali di masukkan ke dalam mulutnya hingga ujung penis menyentuh tenggorokannya. Mengeluarkan dan kembali memasukkannya, tetapi kali ini Pavel melakukannya dengan gerakan yang sedikit cepat hingga membuat penis itu berkedut.

"Ooh ... demi Tuhan ... berhenti menyiksaku ... aku minta maaf ...."

Pavel berlutut, tersenyum manis di hadapan Tin yang tersengal, masih memijat penis Tin. Namun, kali ini Pavel meremas dadanya sendiri untuk di perlihatkannya kepada Tin yang sekarat oleh gairah. Menatap pria kesayangannya sambil menggigit bibirnya sendiri untuk menggodanya, sungguh satu pemandangan yang membuat Tin sesak napas karena sangat menginginkannya.

"Tii-raak ...."

"Bagaimana ... jika kita hentikan saja ...."

"Tidak, tidak mungkin ... ahhk ...."

"Lalu aku harus bagaimana? Aku masih sangat kesal," balas Pavel, tapi tak berhenti memijat penis Tin sambil mendesah dengan ekspresi wajah yang terangsang saat terus memainkan papilla-nya sendiri hingga membuat Tin semakin menggila.

"Aku mohon ... maafkan aku ... aku tidak kuat lagi ...."

Tin meraih tubuh Pavel dan memeluknya. "Sungguh maafkan aku, aku mencintamu, sangat mencintaimu, dan aku menyerah ...." sambungnya sebelum kembali membaringkan tubuh Pavel.

"Papaah ...."

Napas Pavel tersengal sambil mencengkram rambut Tin yang tengah menghisap papilla-nya secara bergantian. Menyusu seperti bayi yang kehausan hingga membuat Pavel merasa tidak tahan lagi. Tubuhnya gemetaran dan perut yang terasa menggelitik, Tin memang selalu bisa membuat tubuhnya bereaksi demikian, lalu bagaimana ia akan menolaknya, berniat menyiksa Tin sedang ia sendiri juga tersiksa.

"Papaa ...?"

"Hmm?"

"Fuck ... me ...." pinta Pavel dengan susah payah sambil merengek. Merasa jika menghukum Tin adalah ide yang buruk, sebab ia yang lebih menginginkan pria itu saat ini.

For HIM Book '2'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang