"Luka? Apa yang sudah terjadi?" tanya Tin.
"Hanya kecelakaan biasa, karena aku yang kurang berhati-hati," balas Ryu, mengusap dadanya yang kembali di rasa sesak.
"Ah, apa kau tahu. Tuan Ryu juga memiliki seorang kekasih yang namanya sama seperti Anda," sambung Ping yang semakin membuat Ryu sesak napas, terlebih saat Tin yang langsung tersedak, hingga Pavel harus membantu untuk mengusap punggung agar batuknya mereda.
Sedang Ryu masih terdiam sambil memijat keningnya, entah apa yang sudah ia katakan malam itu, sedang ia merasa jika tidak pernah mengatakan apa pun, terlebih tentang seorang kekasih kepada Ping, yang ia ingat malam itu, ia hanya memuntahkan semua isi perutnya dan terbaring di atas trotoar sebelum Mark datang untuk memindahkannya di dalam mobil. Tapi kenapa Ping bisa mengatakan hal demikian, apa ia dengan tidak sadar sudah membuka bajunya hingga Ping bisa melihat satu nama yang terukir di tubuhnya?
"Maksudnya?" tanya Pavel.
"Pew," jawab Ping, tersenyum ke arah Ryu, abaikan kegelisahan Tin di sampingnya. Dan entah mengapa Ping sangat bersemangat hari ini.
"Benarkah?" tanya Tin yang langsung bereaksi, menatap ke arah Ryu yang sangat pandai mengatur ekspresi wajah. Bahkan ia yang tengah gugup bisa memperlihatkan wajah biasa saja di hadapan mereka.
"Yah," angguk Ryu, "hanya saja, saat ini ia sedang berada di tempat yang sangat jauh," sambungnya.
"Sungguh satu kebetulan yang beruntun."
"Mungkin karena kita memiliki selera yang sedikit sama," balas Ryu.
Tin meraih telapak tangan Pavel untuk di genggamnya. "Tapi tak ada yang sepertinya di dunia ini, dia adalah satu-satunya, dan hanya di ciptakan untukku," ucap Tin, mengecup punggung tangan istrinya lembut.
"Anda terlihat sangat mencintai istri Anda."
"Yah, itu benar. Aku begitu mencintainya," balas Tin, menatap Ryu dengan tatapan mata penuh peringatan keras, seolah ingin menegaskan jika Pavel hanya miliknya.
"Aku mendoakan kebahagian kalian, aku sungguh-sungguh."
"Terima kasih, Tuan Ryu," balas Tin tersenyum seperti biasa, sedang Pavel masih terdiam sambil mengingat obrolan dirinya dan Ping malam itu.
Apa pria itu yang di maksud oleh Ping?
Pavel sempat memikirkan hal itu. Namun, lekas mengabaikannya saat pandangan mereka tak sengaja beradu, dan Ryu yang masih memasang senyum di wajahnya. Kembali melanjutkan makan siang, Ryu diam-diam merasa bahagia sebab bisa melihat Pavel sepuasnya, dan Mark tidak lagi menikmati makan siang karena kegelisahan hatinya, berbeda dengan Tin yang kembali merasa tak nyaman saat sekali mendapati Ryu tengah menatap Pavel, meski itu hanya sekilas. Bahkan ia terus berusaha untuk berpikir, jika Ryu menatap Pavel hanya sekedar untuk mengagumi kecantikan istrinya saja dan tak lebih. Meski ia sangat tidak menyukainya, jika itu orang yang tidak di kenalnya, mungkin ia akan langsung mencungkil kedua biji mata Ryu karena sudah berani menatap wajah istrinya lebih dari tiga detik. Ia juga tak ingin memikirkan hal lain sebab sangat mempercayai Pavel, pria itu sangatlah mencintainya, itu yang ia tahu.
Makan siang pun berakhir dan mereka yang bersiap untuk pulang, saat Tin kembali meraih telapak tangan Pavel untuk di genggamnya seperti biasa. Membuat hati Ryu tak berhenti merasakan sakit.
"Sampai bertemu di Chiang Mai, Tuan Ryu," ucap Tin.
"Tentu, Tuan Krittin, dan terima kasih atas makan siangnya."
Tak menjawab, Tin hanya mengangguk sambil tersenyum sebelum melangkah pergi meninggalkan mereka, menyusul Ping usai berpamitan dengan keduanya.
"Silakan, Tuan."
KAMU SEDANG MEMBACA
For HIM Book '2'
RomanceSekuel dari cerita 'For HIM' musim pertama. Dan sesuai dengan genrenya 'darkromance', akan ada konflik dan tokoh baru di dalam cerita ini, sekaligus menuntaskan kisah cinta yang belum berakhir pada tokoh sebelumnya.