CHAPTER 25

486 50 11
                                    

Ciang Mai

Mobil Mercedes Benz Maybach Exelero melaju dengan kecepatan tinggi, melintasi jalan raya yang siang hari ini tak begitu ramai. Dan entah mengapa, jalan menuju ke perusahaan tiba-tiba sedang dalam perbaikan, dan Tin terpaksa melintasi jalan lain, meski jaraknya cukup jauh. Berharap tak mendapatkan kendala lagi agar ia bisa sampai ke kantor tepat waktu. Namun, sepertinya apa yang di inginkan tidak sesuai dengan harapan saat pandangannya tertuju ke arah sisi jalan, yang di sana jelas terlihat sosok seorang wanita yang tengah berdiri menyandarkan tubuh di sisi mobil.

"Vee?"

Tin mempertajam pandangan untuk memastikan jika ia tak salah orang. Dan memang benar, sosok di sana adalah Vee hingga ia harus memelankan laju mobilnya, merasa jika wanita itu sedang mendapati masalah dan berdiri di pinggiran trotoar dalam cuaca panas.

Mobil Tin berhenti tepat di depan mobil Vee. Dan langsung turun dari sana untuk menghampiri.

"Vee, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Tin.

"Oh, Pooh? Kau di sini?" balas Vee balik bertanya sambil mengusap dahinya yang di penuhi keringat.

"Kau sakit?" tanya Tin saat mendapati wajah pucat Vee yang langsung menggeleng dengan cepat.

"Tidak ...."

"Lalu? Apa yang kau lakukan di sini?"

"Mobilku tiba-tiba mogok, Pooh." Vee mengangguk ke arah mobilnya.

"Mogok? Sejak kapan?"

"Aku rasa beberapa menit lalu, mungkin 30 menit, entahlah."

"Sudah selama itu? Dan kau tidak menghubungi Benz?" tanya Tin.

"Dia cukup sibuk, aku tidak mungkin mengganggunya," balas Vee kembali mengusap keringat di dahinya.

"Yah, aku tahu. Tapi setidaknya kau punya kontak orang lain yang bisa kau di hubungi, 'kan? Teman atau ...."

"Aku melupakan ponselku, dan berhentilah cerewet. Kenapa tak menghubungiku saat kembali? Di mana Pew?"

"Pew tak ikut bersamaku."

"Hah? Kau meninggalkannya di sana? Kau?"

"Ping dan Lee di sana untuk menjaganya, aku juga tidak akan lama. Hanya akan bertemu klien dan menyelesaikan sedikit pekerjaan sebelum kembali."

"Oh, aku harap kalian bisa bertahan satu sama lain, aku tak pernah melihat kalian berpisah hingga semalam. Sepertinya aku akan melihatmu lekas terbang ke Manhattan karena merindukan istrimu."

"Dan kau semakin cerewet. Masuklah, aku bisa mengantarmu ke klinik," balas Tin membuka pintu mobilnya.

"Tidak perlu, sepertinya kau sedang terburu-buru,"

"Lalu apa yang akan kau lakukan? Terus berdiri di sini sepanjang hari?"

"Aku bisa melakukan itu ...."

"Masuklah!"

Tak mengatakan apa pun lagi, Vee hanya mengangguk dan lekas masuk ke dalam mobil. Terlebih ia juga sudah kelelahan karena berdiri cukup lama untuk menunggu taksi yang lewat, entah kemana semua taksi di kota itu, satu pun ia tak melihatnya hari ini.

"Aku akan menghubungi Nut untuk mengurus mobilmu," sambung Tin.

"Hmm," angguk Vee menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi sambil memejam saat merasa semakin sesak. Mobil pun melaju meninggalkan tempat tersebut.

Tin menarik napas panjang saat melirik ke arah Vee yang masih memejam, bersamaan dengan kekhawatirannya, terlebih saat mengetahui ayah dari janin yang di kandung oleh Vee saat ini. Apa Vee bisa menerimanya, jika ayah dari bayinya adalah Luke Everdeen? Pria yang sudah kembali menjadi target mereka. Tin kembali fokus dengan kemudinya. Namun, perhatiannya lagi-lagi tertuju kepada Vee yang sejak tadi terus terdiam, masih memejam tak seperti biasa, dan hal itu cukup membuatnya cemas.

For HIM Book '2'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang