"Benz ...?"
Suara tak asing menyapa pendengaran Benz, dan biasanya saat mendengar suara itu, ia akan mulai kesal dan memilih untuk mengabaikannya saja, tetapi saat ini kondisinya sedang tak baik-baik saja, hingga merasa sangat membutuhkan orang itu, bahkan Benz tak menolak, saat seseorang itu memeluk tubuhnya erat dan ia yang berakhir menangis di sana, meski tak menimbulkan suara dan hanya terisak.
"Aku tidak bisa jika harus kehilangan Tin lagi," ucap Benz dengan wajah yang masih terbenam di dada Garfield yang masih memeluknya erat.
"Tin akan baik-baik saja. Jangan melupakan satu hal, jika ia adalah pria yang tidak mudah untuk di hancurkan."
"Jika memang benar begitu, pasti Tin sudah menghubungi Pew dan Ibu. Sudah dua hari berlalu, dan tak ada kabar sedikit pun, Garfield. Tin tidak menghubungi istri dan Ibu yang sangat di cintanya ...."
"Benz ...."
"Kenapa mesti mereka?" tanya Benz mengangkat kepalanya, menatap Garfield.
Terkadang ia bisa merasa sangat lemah dan ingin menangis, kendatipun ia seorang brandalan, anggota mafia yang di tuntut harus memiliki mental kuat, keras dan kuat. Namun, jika masalah itu menyangkut keluarganya, Benz akan berubah menjadi sangat lemah dan bisa menangis.
"Jika memang mereka mengincar Tunner Families, kenapa tidak aku saja? Kenapa harus Tin lagi? Dan Pavel ...."
"Benz, tenangkan dirimu."
"Terlalu sulit, Garfield. Melihat Pew dan Ibu menangis, sungguh itu membuatku tersiksa, aku tidak bisa melihat mereka seperti ini, dan Ibu ... apa dia harus kehilangan Tin lagi setelah kehilangan Paman Tunner? Begitu juga dengan Pew, apa ia harus kehilangan Tin lagi? Aku tidak bisa melihat mereka menderita," balas Benz yang benar-benar menangis.
Selama mengenal Benz, sekali pun Garfield tidak pernah melihat pria itu menangis hingga seperti ini, tak pernah melihat pria itu murung dan bersedih. Namun, kali ini, ia benar-benar melihat Benz yang berada di titik terendahnya. Pria itu rapuh dan hancur, hanya terus menangis, tertunduk sambil mengepalkan telapak tangannya kuat.
"T-uan muda ...?" Panggil Elletra yang sudah berdiri di sudut sofa dengan kedua mata yang juga terlihat sembab. Menatap sekilas ke arah Garfield yang hanya bisa menggeleng pelan.
"Elletra, aku butuh teh hangat, bisakah kau membuatkannya untukku?" tanya Garfield yang langsung di balas anggukan oleh Elletra, sebelum fokusnya kembali tertuju kepada Benz yang masih tertunduk. Namun, suara tangisnya sudah mereda.
"Apa kau merasa lebih baik sekarang?" tanya Garfield dengan nada pelan.
"Yah, tapi ... aku masih belum bisa menghadapi mereka."
"Kau tidak perlu cemas, Baby. Aku akan membantumu."
Benz menarik napas kuat dan dalam. Garfield tak pernah berubah.
"Apa yang harus aku katakan lagi kepada Ibu, Vee, dan Ibu Naret jika Tin belum juga kembali?" tanya Benz, mengangkat wajah yang sudah tampak basah oleh air mata.
"Kau tidak punya pilihan lain."
"Tidak ... aku tidak mungkin mengatakan yang sejujurnya, Garfield. Tidak mungkin."
"Apa kau punya pilihan itu? Sebab cepat atau lambat, Ibu Madeline pasti akan mengetahuinya. Dan saranku, lebih cepat ia mengetahuinya, itu lebih baik."
"Tapi .... "
"Jangan terus menutupinya, Benz. Sebaiknya kau jujur dan jangan membuatnya terus menunggu," potong Garfield, memberanikan diri untuk mengusap sisa air mata di kedua belah pipi Benz yang hanya diam menatapnya, seolah sedang memikirkan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
For HIM Book '2'
RomanceSekuel dari cerita 'For HIM' musim pertama. Dan sesuai dengan genrenya 'darkromance', akan ada konflik dan tokoh baru di dalam cerita ini, sekaligus menuntaskan kisah cinta yang belum berakhir pada tokoh sebelumnya.