— بسم الله الرحمن الرحيم —
— اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
.
.
."Neng, jangan lama-lama di dapur. Ksian si dedeknya kecepean," tegur salah satu ibu-ibu yang sedang membuat kue.
Waktu terus berlalu dan tanpa terasa saat ini perut Huma yang tadinya datar kini sudah membesar, sehingga membuat dirinya terkadang kesusahan dalam bergerak. Saat ini, di pesantren sangat ramai karena para ibu-ibu dan bapak-bapak yang berada di sana bergotong-royong untuk membantu Abi Khalil dalam membantu merayakan ulang tahun pondok pesantren yang diadakan setiap satu tahun sekali.
Biasanya, para santri dan santriwati akan membuat makanan dengan sebanyak-banyaknya lalu mendo'akannya dan membagikannya keada seluruh orang yang berada di sekitaran sana.
"Nggak papa Bu, belum capek juga kok," balas Huma yang sedang memotong bawang dengan para santri.
"Kalo udah cepak, istirahat aja neng," timpal ibu-ibu yang sedang memasak bumbu.
"Iya Bu."
"Udah berapa bulan si dedeknya." Ibu-ibu yang sedang memotong buah tiba-tiba saja mendekat dan mengelus perut Huma dengan sangat lembut, sesekali tersenyum.
Meraka yang berada di lingkungan pesntren, sangat merasa salut dan ikut bahagia ketika mendengar kabar kehamilan Huma yang sudah tersebar. Setelah terdengar kabar jika Huma yang tidak bisa hamil.
"Alhamdulillah udah lima bulan, bu," blas Huma yang ikut mengelus perutnya, terkadang Huma menghela napas panjang ketika rasa sesak. Perutnya sangat besar sekali.
"Sehat-sehat ya neng dan dedek," ucap ibu-ibu tadi lalu kembali memotong buah.
"Jagain Ning sama dedeknya," sahut bu Fatma kepada para santri yang membuat mereka mengangguk antusias.
"Siap atuh Bu, kita mah bahagia mau dapet Gus atau ning kecil," celetuk Shanum tersenyum lebar.
"Belum dicek kelaminnya?" tanya ibu Helma menatap wajah Huma yang semakin cantik."Belum Bu, kata si Aa' biar jadi kejutan aja," balas Huma karena dahulu dokter pernah menawarkan untuk dicek tetapi Bintara tidak mau.
"Lucu perutnya Ning, tuing- Tuing." Ila yang sedang memotong bawang mencuci tangannya, lalu mengelus perut Huma yang sangat besar sekali.
"Tuing-tuing nggak tuh," timpal Syaza yang tiba-tiba datang dengan membawa nampan, karena tadi ia baru saja membawakan minuman untuk para bapak-bapak yang berada di luar.
"Haha tapi lucuu tauu," ucap Ila masih terus mengelus perut Huma.
"Tante Ila itu dek," ucap Huma yang juga mengelus perutnya, seakan-akan sedang mengobrol dengan anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Promise To Allah [END-Revisi]
SpiritualAdeeva Humaira Laskar Khaizuran. Seorang wanita yang jauh dari kata agama dan tidak mengenal apa itu agama, selain tidak ada niat untuk berubah dia juga tidak mendapatkan dukungan dari keluarganya. Pada suatu hari, dia mendapatkan sebuah hidayah yan...