MPTA || 51. Seperti Semula

1.1K 55 10
                                    

— بسم الله الرحمن الرحيم

— اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

"Lho? Umi mau balik?" tanya Huma yang sudah kembali bersama Raksa.

"Iya, nak. Besok kan pondok udah mau kembali aktif. Mungkin sekarang santri-santri udah pada balik. Jadi, umi sama keluarga yang lain izin pulang duluan ya," ucap Umi Fatimah.

"Iya. Umi, Abi, sama yang lain hati-hati ya di jalan."

"Iya nak, kamu nanti sama Mumtadz nyusul aja ya."

"Iya umi." Huma berjalan ke arah mertuanya lalu mengecup punggung tangan mereka masing-masing.

"Pokoknya mbak Huma harus cepet-cepet balik ke pesantren ya, nanti Syaza kangen sama mbak kalo mbak lama-lama di sini," ucap Syaza seraya memeluk Huma membuat Bintara memutar bola matanya malas.

"Lebay kamu, dek," ledek Bintara yang membuat Syaza kesal.

"Apasih bang! Kamu nggak diajak," ketus Syaza seraya melepaskan pelukannya lalu mengecup pipi sang kakak ipar.

Bintara membulatkan matanya ketika melihat itu. "Heh! Apa-apaan kamu. Itu istri Abang kenapa kamu cium?"

"Terserah aku, ini mbak aku kok," balas Syaza menjulurkan lidahnya.

"Awas ya kamu." Bintara hendak mendekati sang adik tetapi Syaza terlebih dahulu lari ke mobilnya.

"Mi, Syaza nya tuh," adu Bintara kepada sang umi.

"Lakik dong, Gus!" celetuk Zaid.

"Kalian ini ya ribut terus, ayo kita pulang," sahut Abi Khalil, membuat mereka mengangguk.

"Dadah Ning kecil, Gus kecil." Huma melambaikan tangannya ke arah Nuha dan Lail, dan dibalas oleh Nuha.

"Hati-hati, umi, Abi," ucap Bintara ketika mobil itu hendak melaju.

"Bunda ke belakang dulu ya," pamit Larissa lalu berjalan ke dapur.

"Abang juga mau ke kantor ya," ujar Raksa membuat Huma dan Bintara mengecup punggung tangannya.

"Rebahan yok! Yang," ajak Bintara seraya menaik-turunkan alisnya.

"ASTAGHFIRULLAH GUS!" teriak Huma ketika tubuhnya tiba-tiba saja melayang karena di gendong oleh Bintara, Bintara hanya tertawa saja sampai mereka sampai di kamar.

"Peluk, sayang." Bintara melebarkan tangannya bersiap untuk menerima pelukan hangat dari sang istri.

"Nggak mau," ucap Huma sedikit menjahili suaminya.

My Promise To Allah [END-Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang