MPTA || 31. Kembali membawa luka

698 57 1
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Jika rumah adalah sumber luka, jadi kemana lagi tempat untuk mencari ketenangan dan berteduh untuk menyembuhkan luka?
— Adeeva Humaira Laskar Khaizuran

Jika rumah adalah sumber luka, jadi kemana lagi tempat untuk mencari ketenangan dan berteduh untuk menyembuhkan luka? — Adeeva Humaira Laskar Khaizuran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

"Lah itu kenapa rame-rame?" tanya seorang gadis yang berambut coklat panjang, dengan membawa tas nya di punggung. Baru saja dirinya sampai tetapi ia malah ditunjukkan dengan pandangan yang tidak menyenangkan hati.

"Woyy udah ngerasa paling hebat lo karena ngebully orang? Minta uang masih sama ortu aja udah sok berkuasa, ngaca woy. Kalo perlu gue beliin nih kacanya, hidup masih dimodalin ortu juga udah mau jadi pahlawan," celetuk gadis itu seraya menarik kasar seorang siswi yang tengah menarik jilbab seseorang yang ia bully.

"Haduh lo lagi, lo lagi Maira. Capek gue sama lo," ucap gadis itu seraya melipat tangannya di depan dada, dan memutar bola matanya malas karena melihat wajah Maira.

"Apa-apaan sih lo, Ura!" sentak Maira menatap tajam Ura yang tersenyum smirk.

"Kali ini siapa yang lo bully?" tanya Ura. Lalu pandangannya menatap ke seorang siswi yang tadi di bully.

"H-huma ini beneran lo?" tanya Ura dengan pandangan yang tidak percaya, seraya membantu Huma untuk berdiri. Melihat penampilan Huma yang terlihat acak-acakan membuat Ura mengeluarkan cardigan yang berada di dalam tas nya, dan memakaikannya ke tubuh Huma membuat sang empu tersenyum.

"OMAYGAT! INI BENERAN BESTIE GUE? AAAA CANTIK BANGET. MAA SHAA ALLAH!" teriak Ura seraya merengkuh tubuh Huma ke dalam pelukannya dan menggerakkan nya ke kanan dan ke kiri.

"Ura, saya kangen banget," ucap Huma memeluk Ura dengan sangat erat, kepalanya sedikit pusing karena rambutnya tadi sempat dijambak.

"Gue juga kangen lo," parau Ura dengan mata yang berkaca-kaca.

Ura dengan lembut melepaskan pelukannya dan beralih menatap tajam Maira. Dengan emosi yang meletup-letup Ura melayangkan satu tamparan yang sangat keras, yang membuat wajah Maira tertoleh ke samping.

"LO YA MAK LAMPIR! NGGAK ADA KAPOK-KAPOK NYA JADI ORANG! GUE CINCANG-CINCANG TUBUH LO! BARU TAU RASA! ORANG YANG LO BULLY ITU BESTIE GUE!" teriak Ura tepat di wajah Maira.

"Nggak usah teriak juga, telinga gue masih berfungsi dengan baik," ucap santai Maira tersenyum smirk karena melihat wajah Ura yang terlihat menahan emosi. Lanjutkan, ia suka dengan keributan.

My Promise To Allah [END-Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang