MPTA || 69. Black Moon dan Aderfia

788 62 35
                                    

— بسم الله الرحمن الرحيم —

— اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Mencari masalah dengan kami, sama saja seperti mencari mati.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

"Sudah bangun gadis manis?" tanya seorang laki-laki yang membuat Huma terlonjak kaget. Huma menatap takut kepada laki-laki tersebut.

Huma menunduk dan melihat tangannya yang ternyata sedang diikat ke belakang, sudah berapa lama ia pingsan? Dan siapa laki-laki ini? Kenapa ia tiba-tiba diculik olehnya?

"Lo cantik banget, pantes Bintara kepincut sama lo," ucap laki-laki tadi, tersenyum smirk sembari memperhatikan wajah cantik Huma yang menurutnya sangat cantik sekali. 

Huma memalingkan wajahnya ketika tangan laki-laki tersebut hendak mengelus pipinya yang tertutupi oleh cadar. Membuat laki-laki tersebut terkekeh pelan.

"Jual mahal banget," kekeh laki-laki tersebut memainkan lidahnya di dalam mulut, seraya menatap Huma dengan tatapan yang menggoda membuat Huma risih.

"L-lepas," ucap Huma dengan terbata-bata.

"Akhirnya ngomong juga, lembut suaranya. Gue suka," ujar laki-laki itu lagi lalu duduk di sebuah kursi, dan terus menatap Huma dengan pandangan yang intens.

Laki-laki tersebut mengambil sebuah soda, lalu meminumnya. "Lo minta lepas? Nggak semudah itu, tunggu Bintara hancur baru gue lepasin lo."

"Jangan libatkan suami saya!" sentak Huma memandang laki-laki tersebut dengan pandangan yang tajam.

"Nggak bisa, karena di sini suami lo yang bersangkutan sama gue. Dan gue mau ngehancurin dia lewat lo."

"Apa urusan kamu dengan suami saya?" tanya Huma lagi, Huma merasa bahwa akhir-akhir ini Bintara sudah tidak pernah membuat masalah lagi. Tetapi mengapa laki-laki brandal ini malah mengusik suaminya.

"Banyak! Dari dulu sampe sekarang masalah itu nggak akan pernah selesai. Sebelum gue lihat Bintara hancur, sehancur-hancurnya."

"Apa salahnya?"

"Salah dia adalah karena dia udah buat geng motor gue tersingkirkan, geng motor yang gue bangun tadinya paling ditakuti. Tapi setelah geng motor abal-abalan itu muncul, geng motor gue tersingkirkan," ucap laki-laki tersebut dengan mata yang tajam, seolah-olah ada api di dalamnya yang sedang berkobar.

"Rasa iri dan dengki itu bisa menghancurkan diri sendiri," balas Huma dengan suara yang tenang.

"Diam!" bentak laki-laki tersebut seraya melemparkan botol soda tersebut, sehingga menjadi pecah.

My Promise To Allah [END-Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang